Panggonan Wingit: NISAN SYEKH SITI JENAR DICURI!
Menjelang bulan Suro lalu, nisan makam tokoh legendaris ini diketahui hilang. Pencurinya diduga seorang maling aguno. Tapi di balik itu, hilangnya batu nisan ini membawa firasat buruk…
Sungguh nekad! Seorang yang tak bertanggung jawab, telah berani menyatroni dan mencabut dua patok (nisan) makam keramat Syeh Siti Jenar atau Sunan Jepara atau R. Abdul Jalil, beberapa pekan sebelum syuro lalu. Siapa pelakunya, hingga kini belum diketahui. Yang pasti, masyarakat di sekitarnya sangat masygul karena perlakuan semena-mena atas makam pepuden mereka.
Juru kunci makam, Ali Syafi’i, 42 tahun, semula berupaya merahasiakan peristiwa itu. Namun akhirnya tak berdaya, harus menceritakan apa adanya pada utusan Padepokan Bumi Wali Songo yang datang padanya. Sebelumnya, Mbah Roso sebagai pimpinan padepokan, menerima sinyal gaib tentang peristiwa tersebut, lalu mengirim utusan khusus untuk membuktikannya.
Kata Kuncen, dia merahasiakan kasus itu dengan maksud agar tak timbul hal-hal bersifat zalim dan fitnah di masyarakat. Kendati makam Syeh Siti Jenar, seorang Wali yang pernah melengkapi “Wali Songo” lima abad silam, telah dizalimi pencuri. “Saya khawatir jika masyarakat mendengar dan marah, kemudian menduga-duga siapa pelakunya dan menghakimi sendiri. Apa itu bukan perbuatan zalim dan fitnah?” ujar kuncen.
Ali Syafi’i belum tahu, siapa pencuri dua nisan makam Syeh Siti Jenar yang letaknya di belakang Masjid Mantingan, Jepara, Jateng, hanya beberapa meter dari cungkup makam Ratu Kalinyamat itu. Makam Syeh Siti Jenar posisinya terbuka tanpa cungkup.
Untuk sementara, Makam Syeh Siti Jenar yang tanpa dua nisan itu, bagian atas kijingnya ditutupi kain terpal warna hijau. Untuk melindungi dari terpaan sinar matahari dan hujan.
Menurut dugaan kuncen, sang pencuri beraksi antara waktu Maghrib dan Isya. Bersamaan itu hujan deras turun, mengguyur daerah Jepara. Pada saatsaat seperti itu, masyarakat konsentrasi melaksanakan ibadah shalat, sehingga tak memperhatikan situasi sekitarnya.
Pelaku pencurian diperkirakan lebih satu orang. Sebab batu nisan itu cukup berat dan licin. Bahkan kemungkinan pencuri menggunakan motor yang di parkir dijalan raya, persis di depan gerbang kompleks makam Mantingan.
Peristiwa dicurinya nisan makam itu hingga kini masih misterius. Seperti pekatnya misteri yang menyelimuti sejarah hidup Syeh Siti Jenar. Contohnya, orang masih mempertanyakan, dimana sebenarnya Makam Syeh Siti Jenar. Ada yang menyebut di Cirebon, ada pula yang perraya makamnya di mihrob masjid Agung Wali Demak, Jateng, tapi sebagian besar percaya makamnya di Mantingan, Jepara.
Begitu halnya dengan nama Syeh Siti Jenar, mungkin bukan nama asli tapi nama julukan. Ada pula yang menduga, beliau bukan tulen bangsa Indonesia. Tapi berasal dari sebuah kota di Persia yaitu Sidijinar, artinya “Manusia Berkekuatan Api”. Namun sebagian masyarakat meyakini, beliau putra Raja Pendeta Resi Bungsu dari Cirebon, Jabar.
Menurut sejarah tidak resmi, semasa hidupnya putra raja itu berbuat kesalahan berat, kemudian dikutuk sang ayah menjadi cacing, lalu dikepal dalam tanah liat dan dilempar ke tengah lautan. Berbareng itu para Wali Sembilan (wali Songo), sedang membahas “ilmu rahasia” di atas perahu yang berlayar di lautan.
Suatu kebetulan perahu itu bocor, lantas ditambal dengan tanah liat yang di dalamnya ada cacingnya (Siti Jenar). Manakala cacing itu mendengar pembicaraan para Wali tentang “ilmu rahasia” atas ridho-Nya berubah kembali menjadi manusia. Keajaiban di tengah laut itu mengharuskan para Wali yang menyaksikan, mengangkat manusia yang berubah dari cacing menjadi Wali. Sekali melengkapi jumlah Wali dari sembi menjadi sepuluh.
Wali terakhir yang berubah dari cacing disebut Syeh Siti Jenar (Syeh Siti = Tanah, Jenar = Kuning). Artinya Wali dari tanah kuning yaitu tanah liat. Tetapi sebutan Syeh Siti Jenar ada ya mengartikan, sebagai asal daerah tempat Wali ini mensyiarkan Islam. Yaitu di perdikan Lemah Abang, Jepara, sehing beliau sering disebut Syeh Lemah Abang atau Siti Jenar.
Sayang, hikayat Syeh Siti Jenar berakhir tragis dan dramatis. Diawali ketika Sultan Demak (R. Fattah) dan para Wali tahu, Syeh Siti Jenar dianggap telah menyebarkan Agama Islam menyimpang dari tuntunan aqidah dan menyesatkan umat. Maka akhirnya Syeh Siti Jenar harus dihukum kiyaz, penggal kepala.
Sultan Demak mengutus beberapa Wali melaksanakan eksekusi itu. Sunan Kudus sebagai pemancung, Sunan Kalijogo sebagai juru bicara, Sunan Gunun Jati pembawa pedang pusaka, Sunan Geseng sebagai saksi, ditambah para pun gawa kesultanan ikut menyaksikan pula.
Atas putusan itu, Syeh Siti Jenar tidak melawan sedikitpun. Sebab wali satu ini yakin pada ajarannya ada yang menyebutkan tentang keyakinan, bahwa kematian adalah sebenarnya kehidupan dan sebaliknya kehidupan merupakan kematian. Dengan suka rela Syeh Siti Jenar mengulurkan lehernya, untuk ditebas seketika oleh Sunan Kudus.
Ada yang mengatakan, hukum pancung itu dilaksanakan di masjid Kasepuhan Cirebon. Pihak lain mengartikan, dilakukan di alun-alun depan Masjid Agung Demak. Dan ada yang berkata kalau tempatnya berada di Jepara. Pendek kata semua dengan legenda Syeh Siti Jenar sekarang masih pekat. Begitu halnya bab dicurinya batu nisan sementara masih diselubui pelakunya, apa tujuann, hal itu dilakukan?
Menurut hasil terawangan juru kunci, pelakunya adalah maling aguno bernyali dan berilmu tinggi. Dan peristiwa ini merupakan perlambang bahwa keadaan negeri mungkin akan limbung karena munculnya ontran-ontran.
Sebelumnya, Mbah Roso sudah dapat firasat tentang pencurian nisan itu. Soal siapa pelakunya, Mbah Roso tak bersedia menyebutkan, takut mendahului kehendak-Nya. Tapi dikatakan, pelakunya adalah maling aguno berilmu tinggi, karena tak sembarangan orang bisa melakukan hal jitu.
“Si maling akan memakai nisan itu untuk alas pertapaannya, dalam upaya menyempurnakan ilmu kekebalan dan halimun yang ditekuninya. Setelah berhasil, si pencuri berniat mengembalikan nisan itu ke tempat semula,” jelas Mbah Roso.
Diingatkan Mbah Roso, tindakan si pencuri merupakan pelecehan dan penghinaan pada seorang Wali. Karenanya pelaku cepat atau lambat akan menerima akibatnya. Kemungkinan si pencuri menjadi gila karena ilmu yang diamalkannya beraliran hitam.
Makna lain yang dilihat batin Mbah Roso atas kasus ini adalah firasat yang tak menentramkan nurani. Sebab dalam waktu dekat, mungkin akan muncul gonjang-ganjing di negeri ini. “Yang jadi incaran adalah dua tokoh kunci negeri ini. Bersamaan itu, aparat bersenjata akan lebih disudutkan, agar lumpuh,” tegas Mbah Roso.
Dengan penguasaan spiritual yang tinggi, Mbah Roso berupaya menyingkirkan ontran-ontran itu dengan melakukan ritual khusus selama bulan Syuro. Memang, kita semua berharap agar firasat itu tak menjelma jadi kenyataan, semoga semuanya baik-baik saja. Aamin. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)