Kisah Kyai Pamungkas: TERSESAT DI KERAJAAN GAIB PAJAJARAN
Takkala pangeran Kian Santang atau yang bergelar Pangeran Cakrabuana bermaksud mengajak Sang Rama Sri Mahaprabu Siliwangi untuk memeluk agama Islam, maka datanglah Ki Buyut Talibarat menghadap sang Prabu sambil berkata, “Hei Sang Prabu, apa yang dikehendaki dengan takluk kepada anak dan cucu hendak mengajak masuk agama Islam. Sejak dahulu hingga sekarang momonganku para leluhur yang menganut agama Desa Mulya, ialah Sastrejendra Ayuningrat yang mesti diamalkan. Apakah Sang Prabu silau melihat kepada putra dan cucu, nanti kraton ini kutanami pusaka Sada Lanang supaya kraton tidak tertampak dan sang Prabu haraplah ngahyang sekarang juga, oleh karena sang putra dan cucu sebentar lagi datang.
Sang Prabu mematuhi saran Ki Buyut Talibarat. Segera kraton ditanami pusaka lidi lelaki (Sada Lanang), para Selir (Ratu Subang Larang, permaisuri pada waktu itu sudah wafat) dibawa ngahyang lalu lenyap tanpa bekas.
Sejak itulah kraton terlihat jadi hutan besar. Para putra dan tentara tidak dibawa, mereka tertinggal di kraton Pajajaran. Keberadaan mereka ada tapi tak tampak oleh mata. Dan hingga kini Kerajaan Pajajaran masih menyimpan misteri.
Ilustrasi di atas adalah bagian dari cerita Babad Tanah Sunda atau Babad Cirebon karangan P.S Sulendraningrat. Ditulis atas terjemahan huruf pagor (huruf arab berbahasa Cirebon Madya) yang asli (otentik).
Menurut Babad Cirebon dari sinilah kerajaan Pajajaran lenyap seiring dengan keinginan putra mahkota meng-Islamkan sang Prabu beserta abdi dalem. Dimulai sejak putra mahkota Walang Sungsang atau Kian Santang bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki ganteng, lakilaki itu memberi wejangan tentang agama Isiam, hatinya begitu tertarik untuk mendalami ajaran Islam. Akhirnya dia keluar istana menuju Cirebon, karena di sana ada Syekh Nurjati dari Mesir yang sedang mengembara sekaligus menyebarkan agama Islam. Setelah mendalami ajaran Islam dia berganti gelar menjadi Pangeran Cakrabuana. Dia bersama adik tercintanya Ratu Mas Rara Santang berganti nama menjadi Hj. Syarifah Mudiam setelah menikah dengan Sultan Syarief Abdullah di Negara Mesir. Dari hasil pernikahan inilah lahir seorang wal yakni Syekh Syarief Hidayatullah yang kelak di kemudian hari menjadi wal penyebar agama Islam di Tanah Jawa.
Kota Hujan, Bogor yang merupakan pusat pemerintahan kerajaan Pajajaran yang penuh dengan legenda dan misteri. Salah satu misteri yang pernah terkuak tentang keberadaan kerajaan Pajajaran di alam gaib pernah terungkap pada tahun 1916. Pengalaman yang penuh dengan misteri ini diceritakan oleh mendiang almarhum seorang kakek yang meninggal pada tahun 2001 silam. Beliau bernama Ki Ica, lahir tahun 1876 dan pada saat kejadian dia berusia 40 tahun.
Waktu itu Ki Ica bekerja di perusahaan perkebunan teh milik Belanda yang lokasi perkebunannya di wilayah Bogor dan sekitarnya, sementara kantornya di Gedung Langbow, daerah Ciapus seks. rang. Bahkan gedung tersebut kini masi terawat karena mengandung sejarah, Pada waktu itu Ki Ica sebagai mandor perkebunan yang mengawasi puluhan pegawai yang bekerja di perkebunan itu.
Pada suatu hari Ki Ica kehilangan salah seorang pegawainya bernama Nana Juana, yang bertugas sebagai asisten mandor. Ditunggu beberapa hari Pak Nana tidak masuk kerja. Biasanya kalau Pak Nana ada halangan selalu ada pemberitahuan, tapi kali ini tidak ada kabar beritanya. Khawatir dengan keadaan anak buahnya, Ki Ica mendatangi rumah Pak Nana, yang menempati rumah dinas berbentuk gedung yang letaknya tidak jauh dari kantor Langbow. Lokasinya sekarang berada di bawah kaki Gunung Salak, Desa Ciapus.
Sesampainya di sana, Ki Ica hanya mendapatkan isterinya saja sementara pak Nana tidak ada. Menurut isteri Pak Nana, suaminya pergi sejak tiga hari yang lalu. Pada waktu sore menjelang maghrib sehabis mereka bertengkar, Pak Nana pergi entah kemana dan sejak itu tidak pernah pulang.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan Pak Nana? Belakangan hari diketahui, sore itu setelah bertengkar dengan isterinya, Pak Nana berdiri sambil termenung di tepi jalan. Selagi dia termenung dengan pikiran yang galau, tiba-tiba pandangannya melihat iring-iringan dari arah Gunung Salak menuju ke kota Bogor. Secara kebetulan Pak Nana sedang berdiri di tempat yang akan dilintasi oleh rombongan itu. Bersamaan dengan lewatnya rombongan itu tanpa dia sadari dirinya telah memasuki dunia dimensi tanpa batas atau biasa orang menyebutnya alam gaib. Tampak olehnya serombongan orang yang berjalan sambil membawa alat-alat tabuh seperti rebab, ada juga yang membawa kenongan, gendang dan yang lainnya. Rombongan itu berjalan tergesa-gesa dengan beban yang dibawanya serta tanpa bercakap-cakap. Pak Nana menduga pasti akan ada keramaian namun entah di mana.
Mengingat pikirannya yang masih galau, terbetik niat untuk mengikuti Pak Nana. Dia akhirnya mendapatkan anggota rombongan yang paling belakang.
“Mau kemanakah rombongan ini Kang?” tanyanya.
“Kami akan ke alun-alun Kota Gede, Kami akan memeriahkan pesta pernikahan putri kraton!” jawab orang itu.
Pak Nana merasa asing dengan nama tempat itu. Tapi, pikirannya yang sedang suntuk malah membuatnya kian nekad. Ia terus mengikuti rombongan kesenian itu.
Disepanjang jalan yang dilalui, Pak Nana merasa berada pada suatu tempat yang asing. Di sisi kanan kiri jalan dia melihat bangunan-bangunan kuno yang tertata apik, hamparan sawah yang menghijau dengan sungai-sungai yang jernih airnya serta orang-orang yang berlalu lalang dengan berpakaian rompi dan ada juga yang berpakaian sebatas dada. Mereka ada yang berjalan kaki bahkan ada juga yang menunggang kuda.
Sambil mengagumi keindahan panorama di sekelilingnya Pak Nana terus mengikuti rombongan itu. Jalan yang dilaluinya membentang luas dengan alam sekitarnya yang terang benderang, walaupun tidak ada cahaya.
Rasa kagum yang menyelimuti hatinya akan keindahan yang ditemuinya di sepanjang jalan, kini kian bertambah setelah dia sampai di depan sebuah pintu gerbang yang terbuat dari susunan batu bata merah, dihiasi dengan ukiran-ukiran yang terbuat dari kayu jati. Pintu gerbang itu dijaga oleh beberapa orang pengawal berpakaian kerajaan. Mereka dilengkapi dengan senjata tombak di tap ngannya. Ketua rombongan berbincang-bincang dengan para pengawal itu, setelahnya rombongan dipersilakan memasuki istana. Di sana pemandangan lebih indah lagi. Deretan bangunan yang berbentuk antik model kerajaan dihiasi dengan taman-taman yang bunganya berwarna warni serta semerbak harumnya, tampak juga orang-orang yang berada di dalam lingkungan istana berjalan lalu-lalang dengan kostum kerajaan.
Rombongan memasuki gedung megah yang sudah tertata rapi untuk suatu pesta meriah. Sesampainya di dalam Gedung ketua rombongan memerintahkan anak buahnya untuk menata perangkat yang tempatnya telah disediakan.
Pak Nana Juana menyadari bila dirinya tidak berada di alam nyata. Rasa takut mulai menyelimuti dirinya, namun rasa takut itu dapat dikalahkan oleh rasa penasaran dan kekaguman. Sambil terus mengamati situasi gedung itu, dia mengenali kalau di sekitar gedung itu adalah Kebun Raya Bogor. Mengapa ini bisa terjadi? Pak Nana mulai bertanya kepada seseorang.
“Tempat ini disebut alun-alun tempat perayaan bila keluarga kerajaan mengadakan hajatan,” kata orang itu seraya berpesan agar jangan banyak bertanya apabila menemui keanehan-keanehan di sekitarnya.
Meski banyak pertanyaan yang ingin diajukan kepada orang itu, seperti apa yang dilihatnya dengan gedung-gedung yang menjulang tinggi dengan pilarpilarnya yang ukurannya besar-besar, begitu juga dengan orang-orang yang ada disekitarnya, ukuran serta tinggi tidak sepadan dengan ukuran dan tinggi badannya, dan yang lebih aneh lagi saat dia disuguhi makanan dia melihat pisang yang begitu besar seukuran tangan manusia. Semua pertanyaan itu hanya disimpannya dalam hati sampai akhirnya ruangan itu dipenuhi oleh para tamu yang semuanya mengenakan pakaian kebesaran kerajaan.
Tak lama terdengar alunan musik berirama Degung yang iramanya mampu mengoyak-ngoyak hati pendengarnya. Sementara lagu-lagu Sunda diperdengarkan, Pak Nana tetap berada di bagian belakang.
Pesta yang meriah itu berlangsung siang dan malam. Tak terasa Pak Nana berada di situ selama dua minggu. Keanehan kembali menyergap pikirannya. Selama berada di tempat itu dirinya tidak merasakan lelah sedikitpun, begitu juga dengan waktu sepertinya berjalan dengan cepat. Tapi, semua itu tidak menjadi beban baginya, karena selama ini dia betul-betul menikmati acara yang luar biaSa, jarang dia menemukan ada hiburan yang pentas dua minggu berturut-turut.
Waktu yang dua minggu telah menyudahi acara pesta yang sangat meriah itu, kini giliran rombongan berkemaskemas hendak meninggalkan arena pertunjukkan. Selesai berkemas maka rombongan tersebut berjalan pulang.
Dan Pak Nana pun turut juga dengan rombongan itu. Dia berada di belakang persis sama posisinya sewaktu dia mengikuti rombongan itu. Sampai di depan pintu gerbang istana rombongan diperbolehkan melewatinya. Pada saat Pak Nana ingin melangkah keluar tiba-tiba dia dicegat oleh para pengawal, dan anehnya saat dia dicegat tidak ada satupun dari rombongan itu yang menolongnya. Pak Nana akhirnya dibawa ke pos penjagaan. Sesampainya di sana dia tidak banyak mendapat pertanyaan, dia hanya disuruh membantu di bagian dapur dan dipesan untuk tidak banyak bertanya macam-macam. Dengan perasaan takut dia hanya dapat menganggukkan kepalanya walaupun hatinya terasa berat.
Kedua penjaga pintu gerbang itu membawa Pak Nana ke sebuah tempat seperti dapur umum. Di sana dia ditempatkan bersama dengan orang-orang bagian dapur. Sejak itu dia melewati waktu-waktunya di dapur. Di sini dia melihat keanehan-keanehan seperti buah-buahan, cabe, petai, sejumlah sayur-mayur lainnya yang tampak ukurannya besar-besar sekali. Ingin sekali dia menanyakan kepada orang-orang di situ, tapi mengingat pesan tadi akhirnya keinginan itu disimpannya dalam hati. Bagi Pak Nana bekerja sepertinya tiada henti karena tidak ada pembatas waktu, hanya saja jam kerjanya itu diselingi dengan waktu istirahat. Di sela-sela waktu istirahat itu dari batas tembok tempatnya bekeja, dia sering kali melihat para tetangganya yang datang ke Kebun Raya Bogor untuk rekreasi, terutama pada hari minggu. Pak Nana dapat melihat mereka, anehnya mereka tidak dapat melihat dirinya. Ingin rasanya dia berteriak untuk memberitahukan keberadaannya itu kepada tetangganya, namun dia sendiri sulit untuk mengeluarkan kata-kata, serasa tenggorokannya tersumbat.
Dari waktu ke waktu berjalan begitu cepat. Akhirnya sudah tiga bulan lamanya Pak Nana tinggal di alam gaib itu. Sekian lama dia tinggal di sana lambat laun timbul juga rasa bosan. Keinginannya untuk kembali ke alam nyata telah mempengaruhi alam pikirannya. Di saat-saat tertentu ingatannya kembali kepada isteri dan anak-anaknya, juga kepada pekerjaan yang sudah lama ditinggalkannya. Di kala alam pikirannya ingat ke alam nyata, disaat itu pula tanpa disadari dia sering membaca Istighfar, apalagi kalau melihat sayur-mayur atau buah-buahan yang besarnya melebihi ukuran normal. Seringnya dia beristighfar sudah berapa kali dia mendapat teguran dari orang-orang yang ada disekitarnya, menurut mereka bila mendengar katakata itu hawa di dalam ruangan itu terasa panas. Karena seringnya mengucapkan Istighfar, akhirnya pada suatu hari salah seorang abdi dalem kelihatan maran kepadanya, lantas Pak Nana dibawa keluar pagar istana. Sesampainya di luar seketika abdi dalem tersebut mendorong tubuhnya. Pada saat didorong tubuhnya terasa ringan, melayang-layang di udara, setelah itu seolah badannya menurun ke bawah dan selanjutnya dia tidak ingat apa-apa lagi.
Saat dia membuka matanya sedikit demi sedikit ingatannya agak pulih dan kembali keanehan terjadi. Saat sadar, dirinya telah berada di tempat dulu pertama Pak Nana ikut dengan rombongan yang misterius itu.
Rasa gugup dan terkejut bercampur menjadi satu membuat Pak Nana tidak mampu untuk berbicara. Cukup lama dia berdiri di tempat itu dengan pemandangan yang jauh berbeda saat dulu dengan sekarang. Dulu tempat yang dia pijak merupakan hutan belantara, kini tempat itu sudah banyak rumah-rumah walaupun tidak permanent. Di saat hatinya diliputi rasa keheranan akhirnya dia berjumpa dengan seorang penduduk yang diingatnya orang’itu masih tetangganya. Pak Nana memanggil-manggil orang itu tapi suaranya tidak keluar, sebaliknya orang yang dipanggil lari terbirit-birit tak ubahnya seperti melihat hantu di siang hari. Tak lama kemudian orang itu datang dengan membawa serombongan teman-temannya termasuk di dalamnya Ki Ica sebagai bekas mandornya. Oleh Ki Ica Pak Nana dibawa pulang ke rumahnya dan sesampainya di rumah Pak Nana tambah terkejut lagi karena isterinya telah menikah dengan orang lain.
Setelah cukup lama istirahat, barulah Ki Ica memberikan penjelasan kepada Pak Nana, bahwa selama ini dia dianggap telah hilang, dan waktu yang telah dilewatinya telah berjalan 9 tahun. Maka wajar saja kalau isterinya menikah lagi.
Setelah mendengar penjelasan dari Ki Ica, akhirnya Pak Nana pun sadar kalau semua itu harus terjadi termasuk dengan pernikahan isterinya. Karena tidak bisa berbicara lagi alias bisu, maka Pak Nana minta bantuan Ki Ica untuk menterjemahkan pengalamannya lewat laku batin. Lewat komunikasi batin itu juga dia memaafkan kesalahan isterinya serta dia mohon untuk menumpang di rumah itu menghabiskan hari tuanya.
Atas kesepakatan bersama maka isterinya menceraikan suaminya yang baru dan kembali menikah dengan Pak Nana, dan pak Nana sendiri masih menghabiskan sisa waktunya selama 7 tahun sampai akhirnya dia meninggal dunia dalam keadaan bisu. Wallahu a’lam bissawab.
(Diceritakan kembali oleh Ki Ica kepada penulis, teriring doa semoga arwah Pak Nana mendapat tempat yang lavak di sisi-Nya). ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)