Cerita Featured Kisah Kyai Pamungkas Uncategorised Uncategorized

Kisah Kyai Pamungkas: TEROR TIKUS SILUMAN

Kisah Kyai Pamungkas: TEROR TIKUS SILUMAN

 

Perang melawan tikus, nyaris membuat Nyonya Hendro Suwito menemui malapetaka mistik. Tikus yang memakan kabel dan baju-bajunya yang meresahkan itu, ternyata punya pendamping gaib. Sang Pendamping ternyata, berwujud tikus besar yang ternyata hantu siluman tikus…

 

Belakangan tikus sudah sangat mengganggu di rumah kami. Selain jumlahnya cukup banyak, tapi juga sangat kasar. Tikus-tikus itu menggigit kabel, celana dan menggerogoti lemari hingga bolong. Karena kesal dengan ulah tikus itu, maka kami sediakan jebakan kawat. Umpannya kelapa tua yang dibakar, yang beraroma gurih hingga mengundang tikustikus untuk memakannya lalu terperangkap. Benar saja, pukul 20.30 perangkap dipasang, pukul 21.45 seekor tikus berbobat seperemipat kilo masuk jebakan. Begitu saya mendekati, tikus itu meranta-ronta, stress dan berusaha keluar.

 

“Rasain lu, biar mampus besok gue lelepin di air!” bentakku, memaki-maki tikus itu. Mendengar ocehanku, tikus itu seperti mengerti dan menatap mataku dengan dan tajam. Bola matanya terlihat kemerahan menunjukkan sikap amarah.

 

“Eh lu sok jagoan, sudah dalam perangkap berani pula melototiku. Gue bakar hidup-hidup lu ntar!” tambahku pula, sambil jari telunjukku kuarahkan kepadanya. Ditunjuk begitu, tikus itu membuka mulutnya, giginya dikeluarkan dan terlihat bertaring dan tajam.

 

“Ngapain sih Ma, ngebentak-bentak tikus. Emangnya tikus itu mengerti bahasa manusia?” hardik, Mas Hendro, suamiku, sambil mengambil air es dalam kulkas dekat tikus itu terperangkap.

 

“Mama enggak punya prikehewanan sih, sadis amat sama tikus, sampai mau ngebakar hidup-hidup. Kalau mau bunuh, getok saja sekaligus, biar dia langsung mati, tidak menderita kepanasan berkepanjangan sebelum mendapatkan ajalnya,” kata Mas Hendro, sambil ke ruang tivi dan nonton berita malam.

 

Sejak heboh hal tikus ini, saya perhatikan Mas Hendro memang nampak biasa-biasa saja. Artinya dia tidak begitu perhatian kepada binatang pengerat yang merusak itu. Tidak ada inisiatifnya untuk beli jebakan atau mencari lem buat menangkap tikus yang sering berseliweran di rumah kami itu.

 

“Ngapain sih memburu tikus dan mematikannya. Toh dia butuh makan, butuh hidup, butuh menghidupi anak-anaknya. Coba kalau anak kita yang sedang butuh makan, lalu kita nyari makan buat mereka eh tahu-tahu dibunuh orang, lalu anak kita terus kelaparan. Mau engga Mama kayak gitu?” tanya Mas Hendro, setengah serius.

 

Omongan Mas Hendro memang benar, tapi kan tikus itu sudah merusak, jahat, kriminal, telah melakukan teror dalam rumah orang. Tidak benar jika tikus itu disamakan dengan manusia, tidak tepat, tidak adil. Tidak perlu ada perikehewanan atau perikebinatangan kepada teroris. Jangankan binatang, manusia saja kalau jadi teroris, harus dimusnahkan.

 

“Tikus di rumah kita ini adalah tikus teroris Mas, bukan seperti tikus got di luar sana yang tidak merusak, yang paling-paling bikin tanah bolong karena dia bersarang. Tikus di rumah kita ini tikus teroris, tikus yang sudah jelas-jelas merusak kabel. Mas mau listrik kita korslet dan rumah kita terbakar? Amit-amit deh, jangan sampai terjadi. Maka itu, saya nyatakan perang melawan tikus!” kataku.

 

Daripada berdebat panjang-panjang sama Mas Hendro yang tidak ada habisnya, saya langsung membawa jebakan berisi tikus itu keluar. Kuminta Ira anakku untuk membawa botol minyak tanah dan korek api, aku akan membakar tikus itu di lapangan depan rumah.

 

“Jangan Ma, kasihan, sadis benar kamu ini!” pinta Mas Hendro, agar aku membatalkan niatku itu. Tapi harapan Mas Hendro itu tak kudengar, aku langsung menghambur keluar dan siap membakar si teroris.

 

Aneh, begitu aku menyiramkan minyak tanah ke tubuh tikus, tikus itu merontah kuat dan melarikan diri. Darimana dia bisa keluar jebakan, aku tidak tahu persis. Sebab tidak ada bolongan dan tidak juga kubukakan pintu jebakan itu. Tapi tahutahu tikus itu menghilang di gegelapan malam. Dengan senter 12 volt aku mencari ke mana tikus itu, tapi hingga satu jam, tikus itu tak kutemukan hingga saat ini.

 

Mas Hendro menakut-nakuti aku begitu aku masuk ke dalam dan menceritakan hal kaburnya tikus itu. “Tikus itu punya perasaan Ma, juga punya rasa dendam. Dia akan dendam sama Mama, dia akan memberi tahu teman-temannya dan dia akan melakukan aksi balasan kepada Mama. Maka berhati-hatilah!” cetus Mas Hendro.

 

“Masa bodo, saya engga takut, pokoknya saya akan terus memerangi mereka. Dia kabur karena dia bersalah, dia takut karena melakukan kesalahan, bukan lari untuk balas dendam karena disiram minyak tanah!” jawabku, enteng.

 

Aku pun memasang lagi jebakan itu di tempat yang sama dan kuharapkan akan ada lagi tikus yang terkena jebakan malam itu.

 

Karena lelah ngurusi tikus, sekitar tengah malam aku terlelap di kamarku. Ketika mau sholat subuh, aku dikagetkan oleh lima ekor tikus di kamar mandi. Mereka melompat-lompat masuk kloset dan satu di antara lima tikus itu menambrak pahaku. Aku menjerit dan Mas Hendro menghambur ke kamar mandi.

 

“Kenapa Ma, ada apaan?” tanya suamiku, terengah-engah karena kaget mendengar jeritanku. Setelah kuceritakan hal lima ekor tikus di kamar mandi itu, Mas Hendro malah terpingkal-pingkal.

 

“Lha, kirain ada apapan… aman… wong cuma lihat tikus aja kok menjerit kaya begitu. Kirain ada ular piton atau maling di atas kamar mandi!” canda Mas Hendro, masih terpingkal.

 

Pagi harinya, aku terperanjat melihat dua celana jean ku habis digerogoti tikus. Separuh dari kaki celana itu habis dihancurkan oleh pengerat itu. Melihat kenyataan itu Mas Hendro mulai keki. Apalagi setelah melihat baju berharga Rp 4 juta milikku, merek Georgio Armani, juga separuhnya dimakan tikus.

 

“Wah engga kena nih tikus. Kurang ajar sekali mereka. Kalau begitu, saya pun terpaksa harus menyatakan perang melawan tikus-tikus itu!” tekad Mas Hendro.

 

Selain beli jebakan dua lagi, Mas hendro memasang lem tikus di setiap penjuru rumah. Benar saja, kami mendapatkan banyak tikus yang terkena lem dan masuk dalam jebakan. Tikus-tikus itu kami bunuh pakai martil dan dikubur di halaman samping rumah. Tak kurang dari 10 ekor tikus yang jadi korban dan rumah kami pun jadi sepi dari tikus-tikus itu.

 

“Alhamdulillah, kita berhasil memusnahkan mereka Mas!” kataku, puas, di suatu malam jumat kliwon, pukul 23.00.

 

Malam itu kami terbangun oleh suara gemuruh dari dapur. Kami segera menghambur ke sana dan melihat seekor tikus besar dengan mata menyala-nyala kearah kami. Mata tikus itu merah dan mulutnya meringis memperlihatkan taringnya yang tajam. Tikus itu berdiri di atas lima panci yang baru saja dijatuhkannya.

 

“Mas?!” teriakku sambil memeluk Mas Hendro. Aku benar-benar ketakutan melihat tikus besar sebesar kucing itu. Dalam hitungan detik, tikus itu menghilang ke kolong lemari, terjun dengan cepat. Saat itu pula tercium bau bangkai tikus yang sangat menyengat. Busuk sekali. Tapi begitu dicari-cari hingga beberapa jam, bangkai itu tidak kami temukan.

 

“Tikus itu bukan tikus biasa, dia tikus siluman yang menjadi pendamping dari tikus-tikus yang kalian bunuh. Maka itu, jika banyak tikus di rumah, jangan dikasari apalagi dibunuh. Cara mengusir tikus harus dengan cara yang baik, yaitu beri makan dia setiap malam yang enak-enak. Nanti, paling lama satu bulan, mereka akan pergi selamanya dan tak akan kembali lagi. Tikus besar itu tikus gaib yang memperingatkan kalian, agar tidak lagi menyatakan perang melawan mereka. Gaibnya akan bersahabat dengan kalian dan tikus anak buahnya akan pergi selamanya!” ungkap Kiyai Ahmad Asmuni, guru spiritual Mas Hendro kepada kami.

 

Setelah diberi makan enak-enak setiap malam, benar saja, satu bulan kemudian tikus-tikus sepi dari rumah kami dan sang terorispun pergi tak pernah kembali lagi. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: PESUGIHAN LEMBU GIRENG

KyaiPamungkas

Ijazah Kyai Pamungkas: Ilmu Gendam Asmara, Silahkan Diamalkan

adminbomoh

Kisah Kyai Pamungkas: JERAT NAFSU JIN KEBO GIRO

KyaiPamungkas
error: Content is protected !!