Kisah Kyai Pamungkas: HANTU BELANDA DALAM TUBUH ANAKKU
Nanda, anakku mengidap penyakit aneh. Setelah gagal diobati secara medis, seorang Kyai membuktikan bahwa sakitnya Nanda adalah karena gangguan arwah serdadu Belanda yang mati penasaran…
Pagi itu seperti biasa anakku, Nanda bersiap-siap untuk ke sekolah.
Selesai sarapan pagi ia mengayunkan kakinya ke sekolah yang tidak begitu jauh dari rumahku. Aku menatap kepergiannya dari teras rumah. Ah, tak terasa anakku sekarang sudah kelas 4 SD. Padahal rasanya baru kemarin aku menggantikan popoknya.
Setelah Nanda pergi sekolah aku lalu belanja dan membersihkan rumah. Hari ini aku mau masak ikan gulai kegemaran Nanda. Memang, aku sering menghidangkan menu kegemaran suami dan anakku secara bergantian. Bahagia rasanya bila menyaksikan mereka makan lahap dengan lauk kesukaannya.
Tanpa kusadari hari beranjak siang. Saat jam menunjukkan pukul satu dari luar terdengar suara Nanda yang mengucapkan salam. Segera aku keluar rumah dan membukakan pintu pagar untuknya. Kulihat Nanda tidak seceria seperti biasanya.
Sekitar pukul tiga Nanda pergi mengaji ke Madrasah. Kali inipun ia lebih banyak diam. Saat melewatiku, aku sempat menanyakannya.
“Nanda sakit ya? Dari tadi mama lihat lesu sekali. Kalau memang enggak enak badan, ya sudah nggak usah ngaji” kataku sambil memegang keningnya. Suhu badan Nanda tidak panas, hanya tangannya terasa dingin seperti es.
“Enggak kok, Ma! Cuma kepala Nanda tadi agak pening. Nanda pergi dulu ya, Ma!” pamitnya sambil mencium tanganku.
Hari itu, menjelang sore saat istirahat seusia Masak dan menyiapkan hidangan makan malam, aku dikejutkan oleh suara penggilan Didi, pemuda tetanggaku, “Kak Atik, cepat buka pintunya, Nanda pingsan. Tadi sepulang ak Madrasah dia bermain di depan rumahku dengan teman-temannya. Tapi entah bagaimana kok Nanda pingsan. Padahal kata temannya Nanda saat itu sedang duduk!” papar Didi sambil membopong Nanda. Didi membaringkan Nanda dikursi tamu. Wajahnya terlihat pucat pasi. “Nanda, apanya yang sakit, Nak?” tanyaku, cemas.
Kulihat ia hanya meringis, tapi tangannya menunjuk ke arah kepala. Segera kuraba kepalanya tapi aku tak menemukan luka ataupun benjolan. Di saat kebingungan itu, suamiku pulang dari kantor. Dia kaget melihat beberapa orang berkumnpul di rumah.
Tanpa membuang waktu akhirnya kami segera melarikan Nanda ke dokter langgananku. Tapi alangkah kagetnya aku saat mendengar kata dokter bahwa anakku harus diopname dan kepalanya di-scaning. Memang kondisi badan Nanda segar bugar namun kepalanya seperti kepala boneka kain lemas tanpa daya, bagai tak bertulang penyangga. Bila didudukkan kepalanya menunduk dengan tiba-tiba. Seolah-olah ada yang memberatinya. Menatap wajah orang saja ia tidak bisa berlama-lama.
Malam itu juga Nanda diopname di rumah sakit umum. Ibu dan beberapa orang adikku turut menjaganya. Esoknya kepala Nanda di-scaning. Setelah diambil hasilnya dokter merasa kaget, karena hasil scaning tidak menunjukkan adanya suatu penyakit. Keanehan lainnya apabila siang hari Nanda seperti orang sehat, bahkan makannya juga banyak. Tapi begitu maghrib hingga subuh ia menangis sambil memegangi kepalanya. Dokter sampai kewalahan mendiagnosa penyakitnya. Segala cara pengobatan medis telah diuji cobakan pada Nanda, tapi hasilnya tdak memuaskan.
Satu Minggu sudah berlalu, tanda-tanda kesembuhan belum nampak pada diri Nanda. Akhirnya salah seorang keluarga pasien yang sekamar dengan Nanda menyarankan kami membawa Nanda pulang dan mencoba pengobatan tradisonal. Untuk itu ia menyarankan kami menemui orang pintar yang dikenalnya.
Karni menuruti saran itu. Aku dan suami berencana membawa Nanda hari minggu. Kupikir biarlah Nanda istirahat di rumah satu hari, toh besok hari sabtu. Tapi karena hari sabtulah Nanda mamaksakan agar ia diizinkan sekolah.
Hari itu Nanda sekolah dan ditunggui oleh adikku. Sepanjang hari ia tidak kuperbolehkan main-main. Namun sekitar pukul 6 sore, saat menjelang maghrib di kamarnya Nanda menjerit-jerit sambil, memanggilku.
“Mama, Nanda takut, Ma! Lihat itu, Ma!” geragap Nanda sambil menunjuk ke arah Jendela. Aku dan suami segera memeluknya.
“Sudah, Nanda jangan takut! Kan ada Mama sama Papa,” bujukku seraya mengelus-elus kepalanya.
Sesaat kemudian Nanda seperti tertidur dalam pelukanku. Ketika aku akan meletakkan bantal di kepalanya, tiba-tiba tubuh Nanda kejang-kejang dengan mata melotot. Dari bibirnya keluar ceracauan yang tidak kumengerti. Sebentar kemudian mulutnya menggeram.
Dalam kepanikan itu aku menyerit histeris hingga mengundang para tetangga ke rumah kami. Melihat kondisi Nanda mereka segera menolong dengan memanggilkan Abdu, tetanggaku yang baru keluar dari pesantren. Sementara itu Nanda yang kerasukan mengeluarkan kata-kata dalam bahasa Belanda yang tidak kami mengerti.
“Ambilkan segelas air putih!” pinta Abdu yang saat itu memegang jempol kaki kanan Nanda sambil membaca doa. Tiba-tiba Nanda menghentakkan kaki kirinya kebadan Abdu, tangannya yang direntangkan juga menghentak-hentak liar dengar mata melotot. “pegangin tangan dan kakinya, cepat!” kata Abdu Beberapa pemuda tetanggaku menyergap dan memegangi Nanda. Namun seolah ada kekuatan dalam tubuh anakku, dalam satu hentakan saja pemuda yang memegangi kaki kanan Nanda terjungkal ditendangannya. Serta merta beberapa pemuda menyergapnya lagi.
Aku menangis melihat tubuh kecil Nanda dipegangi 8 orang pemuda. Setelah disapukan air putih di wajah dan seluruh badannya berangsur-angsur tubuh Nanda lemas, Tak lama kemudian ia membuka matanya dan merasa heran melihat banyak orang di sekitarnya.
“Ma, Nanda kenapa?” tanyanya.
“Enggak apa-apa, tadi Nanda sakit. Jadi mama minta tolong Oom Abdu,” kataku.
“Oo… Nanda tidur ya, Nanda ngantuk!”
Melihat Nanda tidur pulas, Abdu dan tetanggaku permisi pulang. Aku mengucapkan terima kasih dan mengantar mereka hingga pintu pagar.
Keheningan kembali menyergap rumahku. Angin malam yang masuk melalui kisi-kisi jendela menebarkan udara sejuk. Aku dan suami masih duduk di sofa, dengan Nanda di pangkuanku. Ibu dan adik-adikku juga sudah berada di rumah kami. Malam ini mereka menginap di rumahku. Jam dinding diruang tamu berdentang sebelas kali.
Ibu dan adikku menempati kamar Nanda. Sementara Nanda kami bawa ke kamarku. Dalam kondisi fisik yang lelah karena seminggu menunggui Nanda di rumah sakit, tidur nyenyak merupakan anugerah yang tidak terkira. Kami semua terlelap.
Namun, tanpa kami sadari, saat tertidur itu kembali Nanda diganggu hantu Belanda. Mulanya aku mengira bermimpi saat tanganku digoncang-goncang. Kesadaranku belum pulih benar tatkala mataku terbuka, terlihat Nanda sedang berkacak pinggang di atas tempat tidur. Bola matanya berputar liar sambil mengeluarkan umpatan dalam bahasa Belanda. Tangan mungil Nanda juga memukuli kepapanya. Melihat itu seketika bibirku meneriakkan tolong. Jeritanku membangunkan seisi rumah.
Adikku berinisiatif memanggil Abdu, sementara suami, ibu dan yang lainnya memegangi tubuh Nanda. Atas usul Abdu dihari itu juga Nanda kami bawa ke rumah Pak Uwo, gurunya Abdu.
Azan subuh berkumandang dari masjid saat kami menjejakkan kaki di rumah Pak Uwo, yang waktu akan sholat subuh. Da mempersilahkan kami masuk.
Selesai sholat Pak Uwo keluar. Dia melihat kondisi Nanda sambil memegang tasbih. Dari mulutnya terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-Quran. Tak lama kemudian Pak Uwo mencoba berkomunikasi dengan roh halus yang ada di tubuh Nanda.
“Hei, siapa ini, segera keluar dari tubuh anak kecil ini!” kata Pak Uwo.
“Hem… hem…!” suara Nanda menggeram “Tidak mau!” suaranya berubah pelat dan berat.
“Kasihanilah anak kecil ini, anak tidak bersalah, mengapa engkau menempati raganya?” Lalu, tanya Pak Uwo, “Siapa namamu?”
“Aku Marco van Derhock!”
“Marco berasal dari mana?”
“Aku adalah tentara Nederland. Aku datang ke Batavia tahun 1817, asalku dari Amsterdam. Setahun di Batavia aku ditugaskan ke Sumatera Utara, tepatnya di Medan. Di sana aku menikah dengan seorang wanita pribumi, kamu hidup bahag a dan memiliki seorang anak. Namun sayang karena fitnah anak kepala desa yang gagal menikahi isteriku, aku dibunuh. Kepala aku dipenggal dan rumahku dibakar”
“Tapi kenapa Marco mengganggu anak ini? Alam kita kan sudah berbeda,” kata Pak Uwo, lembut.
“Aku tidak senang, anak ini telah berbuat kurang ajar padaku! Anak ini telah mengencingi kepalaku! Sebagai gantinya kepala arak ini aku duduki.”
“Kamilah yang minta maaf, anak ini kan tidak tahu kalau dia telah menyentuh Marco? Kalau begitu segeralah tinggalkan tubuh anak ini.”
“Aku mau Keluar, tapi ada syaratnya!” kata Marco.
“Cobalah kau bilang, mana tau kami bisa melaksanakannya.” Setelah mengatakan itu Pak Uwo terus membaca doa-doa.
“Syaratnya anak ini harus minta maaf beserta orang tuanya. Nant bila hari akan berganti malam, anak ini harus membawa sekapur sirih beserta rokok cerutu. Selain itu bekas kencingnya harus dibersihkan. Aku tidak tahan mencium baunya.”
“Kami tidak tahu membersihkannya pakai apa?” ulang Pak Uwo.
“Kalian harus menyiram air garam ke kepalaku.”
“Kami tidak tahu Marco ada di mana?”
“Aku berada di sekolah Nanda, tepatnya di antara dua buah tiang menuju kamar mandi. Nanti siramkan air garam itu di sana. Juga sirih dan rokoknya, tapi rokok cerutunya dinyalakan dulu.”
Pak Uwo kemudian menekan kepala Nanda sambil terus membaca doa, lalu menyapukan air ke wajah Nanda. Tdak berapa lama kulihat tubuh Nanda melemas. Dalam sekejap ta membuka matanya.
“Ma, Nanda lapar!” katanya.
“Oh, syukurlah Ia sudah sadar. Cepat beri dia minum dan sarapan!” kata Pak Uwo.
Sore harinya didampingi Abdu, kami melaksanakan apa yang diperintahkan olah arwah Belanda bernama Marco van Derhock itu. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)