Panggonan Wingit: MASA LALU GELAP ALAS PKI, PATI
Karena dituding sebagai antek-antek PKI, puluhan nyawa terenggut. Mereka dikubur massal. Bahkan, ada di antaranya yang dikunur dalam keadaan hidup-hidup…
Hutan jati di Desa Barisan, ri Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati, Jateng ini adalah salah satu Saksi bisu sejarah Indonesia. Hutan yang lebih dikenal dengan sebutan Alas PKI Ini menyisakan cerita pedih tentang perjalanan perpolitikan di Indonesia. Di tempat inilah pada tahun 60-an silam telah terjadi sebuah tragedi kemanusiaan yang sangat perih. Puluhan nyawa manusia ditumpas di tempat ini dengan cara yang keji. Mereka adalah orang-orang yang dituduh terlibat langsung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang memberontak pada tahun 1965.
Adalah Wakijan, seorang petani tua yang mengetahui banyak tragedi tersebut. Pemilik ladang didekat Alas PKI ini menceritakan pada penulis, bahwa saat itu ia melihat ada dua puluh lima orang yang disuruh menyanyikan lagu Genjer-genjer. Belum selesai menyanyikan lagu itu mereka sudah diberondong dengan senapan dari belakang. Mereka semuanya divonis mati tanpa terlebih dahulu diadili secara hukum.
Kejadian yang berlangsung pada pukul lima sore hari itu, menjadikan Wakijan muda sangat ketakutan. Ia mengaku nyaris terkencing-kencing di celana melihat satu demi satu tubuh terhukum menghujam tanah dengan timah panas yang mengoyak mereka.
“Namun kejadian itu tidak membuat saya kapok menyaksikan pembunuhan berikutnya,” ungkap Wakijan dengan Sorot mata menerawang.
Pada hari berikutnya, tanpa sengaja ia pun menyaksikan ada sekitar dua puluhan orang yang dibunuh di tempat yang sama. Dalam satu kali berondongan Senjata otomatis tubuh-tubuh berjatuhan. Mayat-mayat yang terikat tangan dengan mulut tertutup plaster itu kemudian dikubur pada tujuh liang lahat yang digali oleh penduduk setempat.
“Saya merinding kalau ingat peristiwa itu,” kenang Wakijan.
Kejadian yang telah lewat puluhan tahun itu mungkin tidak akan teringat oleh Wakijan, andaikan saja ia tidak teringat oleh beberapa orang korban yang dikenalnya. Salah satunya adalah seorang Modin dari Desa Njolong, Pati. Pada sosok laki-laki paruh baya itulah yang membuat la teringat kejadian pilu itu.
“Tubuhnya tidak bisa tertembus peluru, meskipun beberapa kali ditembak peluru. Oleh karena itulah ia dikubur hidup-hidup di tempat itu. Ah, peristiwa ini benar-benar sangat mengiris perasaan saya,” kisah Wakijan dengan wajah berubah kelam.
Selain itu, ia juga melihat anak seorang kepala desa yang memilih ikut Partai terlarang itu dibantai di Alas PKI.
Meskipun ia sendiri tidak terlibat langsung dengan PKI, itu karena selama bapaknya ditahan oleh pemerintah, sang anak selalu mengikuti kemana bapaknya dibawa oleh tentara. Bahkan, saat dibawa kesebuah hutan untuk dieksekusi yakni Alas PKI, sang anak pun turut serta dalam rombongan orang yang akan dieksekusi itu. “Dan ironisnya, dia pun memilih ikut mati bersama bapaknya,” tambah Wakijan.
Pengalaman pilu itu tidak hanya dilihat oleh Wakijan. Masyarakat di sekitar Alas PKI beberapa diantara juga menyaksikan kekejian itu. Hal ini sudah barang tentu tidak hanya menyisakan kengerian atas dibantainya orang-orang yang dituduh sebagai anggota PKI itu, tetapi lebih dari itu juga melahirkan traumatik berkepanjangan, Bahkan, sensasi mistik pun bertebaran di sekitar lokasi pembunuhan itu. Arwah-arwah gentayangan dari korban pembantaian kerap kali menghantui penduduk sekitar Alas PKI. Oleh karena itulah, hingga beberapa buian sejak peristiwa pembantaian Itu, jalan di pinggir hutan yang menghubungkan desa-desa di sekitar hutan Ini tidak lagi dilalui oleh warga yang hendak menuju ke Utara, yakni menuju Pasar Jaken, maupun ke pusat pemerintahan di kecamatan ataupun di Kabupaten Pati.
“Semua orang tercekam oleh kengerian, sebab baik siang maupun malam sering terdengar suara tangis dan jeritan yang memilukan,” kenang Wakyan.
Hal ini memang dibenarkan oleh sejumlah penduduk. Bahkan, menurut cerita Wagiman, warga asal Jaken, semenjak terjadinya pembunuhan itu banyak warga yang ketakutan. “Bagaimana tidak takut, wong mayat-mayat dibunuh dengan kejam dan dikuburkan secara tidak wajar,” tegasnya.
Adapun cerita adanya hantu-hantu yang gentayangan di pinggiran hutan itu banyak dijumpai juga oleh para pedagang ataupun petani yang hendak menjual barang dagangannya ke Pasar Jaken. Umumnya, mereka memang biasa berangkat dengan berjalan kaki maupun dengan mengendarai gerobak pada malam hari. Jarak yang cukup jauh, ditambah belum adanya alat transportasi modern membuat mereka menempuh perjalanan malam. Kisah-kisah menegangkan pada akhirnya terjadi. Seperti ketika pada suatu malam hari, saat melewati tempat pembantaran itu banyak penduduk yang menemui kejadian-kejadian aneh. Dan dalam hutan sering terdengar suara jeritan orang-orang yang seperti disiksa. tangisan pilu dan jerit orang kesakitan seakan saling bersahutan di pinggiran hutan jati itu. Dan tidak hanya itu saja, ada kalanya warga yang ditemui seseorang yang meminta tolong untuk menggali kuburannya.
“Terus siapa yang akan berani menggali, sebab mereka itu kan dianggap sebagai musuh pemerintah,” ungkap Wagiman, memberikan alasan.
Memang, di antara warga ada yang berniat untuk menggali kuburan massal itu, sebab mereka sendiri ada yang melihat adanya orang yang belum meninggal juga turut ditanam di tempat itu. Bahkan ada Ot antara mnereka yang mengenal korban-korban itu. Tap: karena alasan-alasan politik itulah yang men buat mereka tidak berani melakukan apapun.
Niatan untuk menggali kuburan massal itupun tidak hanya sampas disitu saja, sebab beberapa waktu lalu, juga ada keinginan beberapa orang untuk menggali kuburan itu. Namun karena tidak mendapat izin dari pihak pengelola, yakni Perhutani, maka niatan itupun kandas di tengah jalan. Adapun niat untuk membongkar kuburan massal itu menurut Wakijan, karena mereka bermaksud mencari jimat-jimat kekebalan yang banyak dimiliki oleh orang-orang yang terkubur itu. Salah satunya seperti yang dimiliki oleh seorang Modin dari Desa Njolong, Pati, yang tidak mempan ditembak meski puluhan kali timah panas menghantam tubuhnya.
Selain untuk mencari jimat-jimat yang tersisa, di antara masyarakat juga percaya bahwa salah satu di antara orang-orang yang dikubur itu hingga kini ada yang masih utuh jasadnya, meskipun telah terkubur puluhan tahun. Orang yang jasadnya masih utuh itulah yang hendak dirawat dan dikubur sebagaimana mestinya, sebab disebut-sebut orang ini memiliki sejenis Ilmu Karang yang sangat digdaya itu.
Dengan semakin ramainya lokasi di sekitar lokasi pembantaian, kini memang tidak lagi terdengar jerit tangis korban-korban tragedi kemanusiaan itu. Namun, sesekali ada saja orang yang mengaku menyaksikan keanehan di sana. Seperti dituturkan Wakyan, pernah ada seorang penduduk yang mengaku melihat segerombolan orang yang penuh dengan darah berkumpul di tempat itu. Ketika diselidiki, orang-orang itu malah raib dengan sendirinya. Apakah mereka para arwah korban pembantaian sadis itu? Memang tak jelas benar.
Sesuai dengan namanya yang disebut sebagai Alas PKI, maka kawasan ini merupakan saksi sejarah yang bisu tentang kekejaman militer di Republik tercinta ini. Tak hanya itu, Alas PKI juga menjadi saksi sejarah perpolitikan di Indonesia.
Di tengah situasi perekonomian yang kian mencekik leher, Alas PKI juga seakan-akan menjadi saksi sejarah peradaban manusia yang terpaksa menjarah dan menggunduli hutan karena keterpaksaan untuk sekedar bertahan atau mencari kehidupan yang lebin pantas. Ya, memang Alas PKI kins telah gundul karena dijarah oleh warganya, tidak terilhat lagi keangkeran rimbunnya hutan jati yang ada di dalamnya, apalagi suara jerit arwah korban pembantaian puluhan tahun yang lalu. Kini Alas PKI hanya meninggalkan kenangan yang penuh misteri, juga keperihan kondisi hutan kita. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)