Cerita Featured Kisah Kyai Pamungkas Uncategorised Uncategorized

Kisah Kyai Pamungkas: TERSESAT DI KAMPUNG SILUMAN GUNUNG CIREMAI

Kisah Kyai Pamungkas: TERSESAT DI KAMPUNG SILUMAN GUNUNG CIREMAI

Teddy alias Bonek, 23 tahun. Pemuda yang tinggal di Desa Sukajati, Blok Manggunungan, Kec. Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat, ini mengaku, telah mengalami sebuah petualangan gaib yang amat mendebarkan. Dia menuturkan kisahnya kepada penulis…

 

Selain melukis, salah satu hobiku yang lain adalah mendaki gunung. Hampir seluruh gunung yang ada di wilayah Jawa Barat pernah kudaki. Dan dari sekian banyak gunung yang pernah kudaki itu, hanya Gunung Ciremai yang terletak di wilayah Kabupaten Kuningan, yang membuatku trauma untuk mendakinya lagi. Betapa tidak, di gunung inilah aku sempat mengalami sebuah kejadian mistis yang teramat menakutkan.

 

Sebuah kejadian misterius yang hampir merenggut nyawa, dan tak mungin bisa kulupakan sampai kapanpun.

 

Ketika itu, sekitar tahun 1999, aku dan rombongan pendaki dari Subang pergi menuju wilayah Kuning Gunung Ciremai yang merupakan gunung tertinggi di provinsi ini.

 

Kami seluruhnya berjumlah

10. Di kalangan pendaki, sebenar berjumlah genap adalah suatu pantangan. Namun kami tidak menghirau larangan tak tertulis itu. Kami menganggap hanyalah tahayul belaka.

 

Hari Jum’at, mulai naik dari Desa Liggarjati, Cililin, menunggu datangnya pagi. Maka secara bergotong-royong, kami segera mendirikan tenda. Sementara malam terus merangkak semakin larut, udarapun terasa semakin dingin.

 

Lewat tengah malam, ketika sedang asyik makan dan minum sambil bersenda gurau, tiba-tiba terdengar ingar-bingar suara musik. Bersamaan dengan itu, di kejauhan nampak ada keramaian mirip pasar malam. Mendapati keanehan ini, aku langsung teringat pada pesan teman pendaki senior. Sang teman pernah mengatakan bahwa apabila tiba-tiba melihat ada pasar malam di tengah hutan, jangan coba-coba untuk mendekati atau mendatanginya. Ingat akan pesan tersebut, maka buru-buru aku sampaikan kepada teman-teman yang masih tampak bengong. Untungnya, mereka semua mematuhi pesan yang kusampaikan.

 

Pagi harinya, kami kembali melanjutkan pendakian. Waktu itu, aku berjalan paling belakang. Belum lama berjalan, aku tak tahan ingin buang air kecil. Akhirnya, aku berhenti sejenak di bawah sebuah pohon, dan disitulah aku membuang air kecilku.

 

Waktu itu, sebelum membuang hajat, tak terpikirkan sedikitpun olehku untuk kulonuwun atau permisi kepada penghuni gaib, yang mungkin saja menghuni pohon yang tengah aku kencingi.

 

Akibat kelalaian itu, keanehan pun terjadi. Seusai buang air kecil, secara tiba-tiba aku merasakan alam berubah menjadi gelap gulita. Selang beberapa menit kemudian, keadaan kembali terang. Dan yang membuatku sangat terkejut, entah bagaimana mulanya, tahu-tahu aku sudah berada di suatu perkampungan yang cukup ramai serta modern.

 

Kenapa tiba-tiba aku berada di sini? Dan kemanakah perginya teman-temanku yang lain? Demikian tanyaku dalam hati. Saat itu aku belum menyadari, bahwa sebenarnya aku sedang berada di perkampungan siluman Gunung Ciremai.

 

Dalam keadaan bingung, seorang kakek tampak mendekatiku. Dia berpakaian model zaman dahulu serta memakai blangkon. Kakek tersebut mengajakku ke rumahnya, dan bak kerbau dicocok hidung, aku pun mengikuti ajakannya.

 

Setelah disuguhi makan, si kakek mengajakku jalan-jalan. Sepanjang jalan yang kulewati, tampak rumah-rumah penduduk berjejer rapi. Modelnya seperti rumah tempo dulu, tetapi rata-rata bersih.

 

Di kampung asing itu aku juga melihat adanya sekolah, masjid, tentara, pos kamling, juga struktur pemerintahan.

 

Selama berjalan-jalan dengan si kakek, ada satu hal yang membuatku teramat heran. Betapa tidak? Semua orang yang berpapasan semuanya mengenalku, namun aku sendiri sama sekali tidak mengenal mereka. Bahkan di antara mereka, ada yang menanyakan kemana saja aku selama ini. Sementara yang lainya malah ada yang meminta agar aku tinggal di kampung itu saja, tidak usah pulang lagi.

 

Yang semakin membuatku heran lagi, hampir semua penduduk di sini tidak ada yang jelek. Wanitanya cantik-cantik, sedang kaum prianya tampan. Dan mereka semuanya sangat ramah kepadaku. Meskipun demikian, keinginanku untuk segera pulang semakin kuat. Aku sangat rindu orang tuaku. Tetapi aku bingung, jalan mana yang harus aku tempuh agar bisa ke luar dari kampung itu.

 

Untungnya, kakek yang mengajakku jalan-jalan rupanya tahu apa yang kukehendaki. Dia mengatakan bahwa akan mengantarku pulang. Lalu aku dibawanya ke tempat di mana pertama kali kami bertemu. Dalam perjalanan, si kakek memberiku kenang-kenangan berupa batu.

 

Pesannya, kalau suatu saat aku berada di tempat angker dan menemukan tempat seperti kampung ini, sebutlah nama Ki Buyut Amangkurat sebanyak tiga kali sambil menahan nafas serta menggenggam batu tersebut. Ki Buyut Amangkurat ternyata adalah nama kakek yang mengajakku jalan-jalan.

 

Sungguh aneh, begitu tiba di tempat semula, yakni tempat pertama kali aku bertemu dengan Ki Buyut Amangkurat, alam tiba-tiba menjadi gelap dan aku tak ingat apa-apa lagi. Ketika sadar, tahu-tahu sudah berada di hutan tepat di bahwa pohon tempat aku buang air kecil.

 

Yang membuatku lebih aneh lagi, di sekitarku banyak sekali orang. Di antara mereka, juga tampak orang tuaku dan teman-teman sesama pendaki. Menurut keterangan mereka, selama ini aku telah hilang selama satu minggu. Bahkan di tempat tinggalku, aku dikabarkan telah meninggal dunia.

 

Aku tergugu. Tak dinyana bahwa kampung yang baru saja aku masuki, ternyata kampung siluman Gunung Ciremai. Di kampung gaib tersebut, aku merasa bahwa belum sampai satu hari. Namun kata orang-orang, aku menghilang selama satu minggu. Ah, betapa jauh perbedaan waktu di alam manusia dengan di alam siluman Gunung Ciremai.

 

Kata salah seorang yang mengerti dunia gaib, kalau saja aku sampai menikah dengan salah seorang wanita penghuni kampung gaib itu, maka, belum tentu aku dapat kembali lagi ke alam nyata. Mendengar keterangan demikian, aku langsung bergidik. Sungguh ngeri sekali bila hal seperti itu terjadi.

 

Sampai aku menuturkan pengalaman ini kepada penulis, terus terang aku belum tahu apa sebenarnya yang menjadi penyebab sehingga aku tersesat ke kampung siluman tersebut.

 

Apakah akibat kencing di bawah pohon tanpa pamit, ataukah ada penyebab lain? Tapi terlepas apa pun penyebabnya, aku berharap semoga kisahku ini dapat dijadikan sebagai pelajaran terutama bagi para pendaki. Bahwa, di mana pun kita berada, harus selalu berhati-hati dalam setiap tindak dan ucap. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: LEVINA TERBAKAR DI LAUT ANGKER

KyaiPamungkas

Kyai Pamungkas: JASA PARANORMAL No.1 di INDONESIA

KyaiPamungkas

Ijazah Kyai Pamungkas: Ajian Setan Kober, Silahkan Diamalkan.

adminbomoh
error: Content is protected !!