Cerita Featured Kisah Kyai Pamungkas Uncategorised Uncategorized

Kisah Kyai Pamungkas: TEROR HANTU KELAPA CUMPLUNG

Kisah Kyai Pamungkas: TEROR HANTU KELAPA CUMPLUNG

Sosok hantu itu hanya berupa sebutir kelapa yang berlobang tengahnya. Tapi, dia bisa bergerak sendiri, bahkan bisa tertawa menyeramkan…

 

Peristiwa ini belum lama terjadi, dan keanehan ini menimpa salah seorang temanku. Heru, namanya. Dia adalah pemuda sebaya denganku yang baru berumur 20-an tahun. Meski Heru dikenal sebagai seorang yang sedikit penakut, namun entah kenapa dia sering keluar malam di saat orang lain tidur. “Sekedar menghirup udara malam,” katanya suatu ketika.

 

Keisengannya yang sering keluar dan keluyuran malam itu akhirnya membuahkan suatu pengalaman yang cukup menegangkan. Ceritanya, malam itu kebetulan malam takbiran Idul Fitri 1423 H. Entah dengan alasan apa, ketika orang lain ramai-ramai bertakbiran di masiid atau mushola Heru malah sudah mempunyai rencana lain. Malam itu dia akan main ke rumah pacarnya. Rumah Nita, pacar Heru itu terletak di desa sebelah yang cukup jauh juga jaraknya. Mungkin sekitar 2 kilometeran. Sebenarnya, kalau bukan karena cinta dan sayang dengan pacarnya itu, rasa-rasanya Heru malas sekali berkunjung ke sana karena rumahnya yang jauh dan harus melewati tempattempat yang sepi. Bahkan kata banyak orang jalan menuju rumah Nita itu kalau malam cukup menyeramkan. Namun, demi sang pacar tercinta Heru yang penakut jadi berani. Ya, mungkin cinta memang bisa merubah segalanya. Selepas maghrib Heru sudah bersolek di depan cermin. Setelah merasa yakin pada penampilannya, Heru segera pergi dengan berbekal sebuah senter kecil yang dia selipkannya pada saku celananya. Memang, untuk sampai ke rumah Nita, Heru harus menyusuri pematang sawah. Jadi, tidak mungkin bisa membawa sepeda motor kesayangannya. Heru segera mencari teman-temannya yang bersedia menemaninya apel main ke rumah pacarnya. Namun malam takbiran itu tak ada seorang temanpun yang mau menemaninya. Mereka mempunyai acara masing-masing dan sebagian lagi meramaikan malam takbiran di mesjid, atau ada juga yang ikut pawai takbir keliling kampung dengan menaiki truk atau mobil bak terbuka. Karena tak ada yang mau menemaninya, akhirnya Heru nekad berangkat sendirian. “Masa sih aku sendirian tak berani. Bukannya belum ada orang yang mati dimakan setan!” pikirnya coba menenangkan hati.

 

Diiringi hujan rintik-rintik Heru melangkahkan kakinya menyusuri jalanan yang cukup jauh. Ia juga harus melewati pemakaman umum yang berdampingan dengan sumur tua peninggalan zaman Belanda. Tak hanya itu, sawah demi sawah pematangnya harus ia telurusi hingga akhirnya ia sampai dengan selamat di rumah Nita, pacarnya,

 

Melihat kedatangan Heru malam itu, Nita menyambutnya dengan Setengah tidak percaya. Nita tahu kalau Heru itu orangnya sangat penakut.

 

“Ah, Nita nggak percaya kalau Kak Heru sendirian kemari,” kata Nita setelah mendengar pengakuan Heru yang mengatakan dirinya datang sendirian.

 

“Ya sudah kalau nggak percaya. Lihat Saja sendiri aku sarna siapa!” balas Heru,

 

“Tumben kok Kak Heru berani?” goda Nita.

 

“Ini kan malam takbiran, Nit! Mana ada sih setan gentayangan. Kata Pak Ustadz, malam ini setannya pada diikat,” seloroh Heru.

 

Nita mencubitnya dengan manja. Dan, malam itu jadilah Heru bermesraan dengan sang pacar.

 

Sekitar pukul setengah dua belas malam itu, setelah puas mengobrol sanasini dengan Sang pacar, akhirnya Heru mohon pamitan kepada pacar dan keluarganya. Nita mengantarnya sampai pintu pagar halaman rumahnya.

 

“Awas, Kak Heru harus. hati-hati dibelokan sumur tua peninggalan Belanda itu. Kata orang di sana ada….” Nita tak meneruskan kata-katanya karena segera terpotong oleh ucapan Heru.

 

“Kamu jangan nakut-nakuti aku, Nit! Kalau aku takut pulang nanti kamu sendiri yang kerepotan,“ potong Heru sambil mencubit pipi Nita yang meringis manja.

 

Setelah itu Heru segera melangkah pergi. Tak jauh dari rumah pacarnya, sebenarnya ia sudah merasa takut akan semua yahg dikatakan orang-orang kampung maupun teman-temannya.

 

Konon, di sumur tua peninggalan Belanda itu ada penghuninya. Beberapa orang mengaku pernah melihat sosok menyeramkan di sumur tua itu. Benarkah? Heru berusaha menenangkan diri. Ia terus melangkah sambil menepiskan semua bayang-bayang mengerikan yang singgah di dalam benaknya.

 

Sementara itu, gerimis masih turun dan menambah pekatnya malam. Tak ada tanda-tanda gerimis akan berhenti. Dengan senter kecil di tangannya Heru berusaha menyinari jalanan becek yang hendak dilaluinya. Walaupun disekitar situ ada beberapa rumah yang terpisah satu sama lain, yang disetiap rumah ada penerangannya namun semua itu tak mampu untuk menyinari lebih jauh lagi kemana tempat Heru berjalan.

 

Malam makin larut, angin mulai bertiup kencang, dingin mulai terasa di tubuh Heru. Ia segera merapatkan jaketnya lebih erat dan menutupkan tutup kepalanya agar tidak terkena siraman air hujan, “Ah, sepi sekali. Apa semua orang sudah tidur? Kalau saja ada orang yang searah denganku mungkin tidak takut begini,” pikir Heru sambil terus mencoba menenangkan hatinya. Untuk mengusir hawa dingin dan mengurangi rasa takut, Heru sengaja menyalakan sebatang rokok, yang dihisapnya kuat-kuat.

 

Senter kecilnya mengarah sebentar ke pergelangan tangan kirinya, “Hm, pukul 12 malam. Pantasan sepi sekali!” batinnya.

 

Seperti mengejar sesuatu, Heru semakin mempercepat langkahnya, terutama setelah merasa makin ia telah dekat dengan sumur tua peninggalan Belanda Itu, Di saat Ia teringat cerita keangkeran sumur tua itu, juga pemakaman umum di sampingnya. Darso, temannya ita kalau dirinya di kampung pernah bertemu dengan makhluk raksasa dengan jari sebesar pisang ambon. Sampai kini Darso tak barani keluar sendirian di malam hari.

 

Lain lagi cerita Uci. Bisa dibilang parah. Dia melihat gadis cantik yang sedang menangis, namun ketika dilihat ke bawah, ternyata kakinya kaki kuda. Karuan saja ia semaput di tempat hingga ditemukan oleh orang yang sedang mencari kodok.

 

Lebih sadis lagi cerita si Sukri teman permainannya, Sukri bercerita suatu malam dia lewat sumur tua itu dan kebetulan pula dia kebelet ingin buang air kecil. Tanpa numpang-numpang dia dengan seenaknya buang air kecil begitu saja, Apa yang terjadi? Paginya “Si Buyung” milik Sukri langsung bentol-bentol seperti digigit binatang berbisa. “Ah, mengapa aku membayangkan yang bukan-bukan,” bisik batin Heru. “Mungkin saja kejadian itu kebetulan menimpa mereka, atau mungkin juga mereka hanya berbohong,” sambungnya coba menenangkan diri.

 

Namun hatinya tak bisa membohongi dirinya yang memang takut. Pundaknya langsung merinding tak karuan. Heru berusaha sebisa mungkin untuk membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an sebagai penenang batinnya. Ia juga berusaha tidak melihat kiri-kanan apalagi menengok ke belakang. Tarapan matanya hanya di arahkan ke depan jalan yang hendak dilaluinya.

 

Akan tetapi, usaha itu sia-sia belaka karena secara tiba-tiba Heru mendengar suara keras bergedebukan sebanyak dua kah. Mendengar suara itu, secara refleks ditambah takut Heru menoleh ke belakang, melihat ke arah datangnya suara keras itu.

 

“Cuma dua buah kelapa tua yang jatuh,” batinnya setelah mengetahui apa terjadi.

 

Namun, belum selesai Heru dengan ketegangannya, secara tiba-tiba dua butur kelapa itu menggelinding menuju ke arahnya. Karuan saja ia sangat kaget. Bagaimana mungkin kelapa itu dapat bergerak sendiri? Heru berusaha untuk

 

menghindar ke arah kini. Lagi-lag kelapa tua itu mengikuti kemana larinya. Dalam keadaan takut Heru masih sempat melihat kalau kelapa itu berlubang. Kelapa bertubang seperti ini dinamakan Kelapa Cumplung. Menurut kepercayaan orang di kampungku, memang banyak kejadian yang menakutkan disebabkan oleh munculnya Kelapa Cumplung.

 

Akhirnya, dengan keberanian yang tersisa Heru berusaha lari sekuat tenaga. Tapi sayang, karena saking takut ia tak melihat lagi jalan yang dilalui. Kakinya tersangkut akar pohon dan jatuh membentur sesuatu yang ternyata Kelapa Cumplung itu sendiri. Karuan saja Heru semaput. Alam di sekelilingnya berubah pekat dan terasa berkunang-kurang. Ia melihat Kelapa Cumplung itu terbang, lalu jatuh kembali. Bahkan, ia juga mendengar ada suara tawa yang teramat menyeramkan bersumber dan Kelapa Cumplung itu. Tak kuat menahan takut, Heru akhirnya jatuh pingsan.

 

Sayup-sayup, Heru mendengar suara seorang wanita yang sedang menangis dan terus menerus menyebut namanya. Perlahan-lahan Heru membuka kelopak matanya. Ia merasakan kepalanya masih pening tepat di dahinya. Lalu, samar-samar Heru melihat Nita, pacarnya tercinta menang, ia juga melihat ibunya, keluarga dan teman-teman yang merubunginya.

 

“Apa yang terjadi denganku?” cetus Heru dengan suara sangat pelan. Semua yang hadir terkejut, sekaligus lega melihatnya.

 

“Untunglah kamu tepat sadar, Heri” kata ibunya sambil mengusap kening Heru yarig masih biru.

 

“Kamu kami temukan tergeletak tak jauh dari sumur tua peninggalan Belanda itu, Her!” sambung Sukri, temannya.

 

‘” Rupanya, malam itu teman-temannya yang merasa khawatir akan keselamatan Heru menyusulnya, karena hingga menjelang dini hari ta tak juga muncul. Mereka menemukan Heru tergeletak di samping sumur tua peninggalan Belanda itu.

 

Malam itu, Heru merasa telah jauh berlari berusaha menghindari kejaran hantu Kelapa Cumplung. Tapi ternyata ia hanya berputar-putar di sekitar sumur tua tersebut.

 

Dengan kejadian ini, ada rasa berdosa di hati Heru karena telah melalaikan kewajibannya sebagai hamba Allah, yakni meninggalkan malam takbir hanya untuk memadu cinta. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: TEROR JIN KEPALA MIRING

KyaiPamungkas

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: Tetap Tenang di Tengah Kekacauan

KyaiPamungkas

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: Peliharalah Tanaman

KyaiPamungkas
error: Content is protected !!