Kisah Kyai Pamungkas: RUMAHKU SARANG KUNTILANAK
Kisah itu terjadi sekitar enam tahun lalu, di sebuah desa di Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Saat itu, sekitar tahun 2006, aku baru saja menikah. Belum genap satu bulan menempati rumah gubuk reot peninggalan orang tua, kami mulai mendapat teror dari makhluk halus. Ternyata rumah yang kami 3 tinggali juga dihuni oleh kuntilanak…
Aku terlahir dua bersaudara, kedua orangtuaku telah meninggal, sehingga aku hanya hidup sendiri yang jauh dari saudara. sementara kakakku telah menikah dengan orang Semarang dan menetap di sana, kehidupanku yang serba pas-pasan memaksa aku harus bertahan dari segala pekerjaan yang harus ku lakoni, hingga akhirnya aku mendapatkan pasangan hidup dengan seorang gadis penjaga toko di tempat aku bekerja.
Rumah kecil yang layak disebut gubuk reot dengan dinding gedek bambu berukuran kecil itu kerap aku tinggalkan, bahkan sering aku tidur bersama teman-teman semasa aku masih lajang. Namun lantaran aku tidak bisa betah hidup bersama mertua, terpaksa aku putuskan kembali ke kampungku dengan mencoba kernbali merajut mimpi di rumah peninggalan orang tuaku.
Laksmi, istriku tercinta, mulai terbiasa dengan kondisi rumah yang kecil. Dia selalu setia melayani, baik di saat mau berangkat kerja maupun setelah pulang kerja dengan menyiapkan sekadar menu makanan yang telah tertata di meja kayu yang tersedia segala peralatan dapur, dengan segala keterbatasan perabotan dapur.
Awalnya kami tetap bahagia dengan segala keterbatasan materi yang ada. Namun seiring bserjalannya waktu, mulai terjadi hal-hal yang aneh. Kejanggalan kian dirasakan oleh istriku, seperti masakan yang telah dibuatnya hilang entah kemana. Dimulai dengan hilangnya makanan di meja hingga penampakan perempuan yang bergelayutan di langit-langit kamar yang dilihatnya.
“Mas Parno, gorengan bakwan di piring kok sudah habis. Sampeyan makan ya?” tanya istriku sambil memandang penuh tanya kepadaku yang baru saja belum ada lima menit sampai dari rumah usai pulang kerja. Namun aku tidak terlalu memperdulikannya. Aku hanya mengira makanan yang telah dibuat istriku itu dimakan kucing atau ayam tetangga yang sering keluar-masuk ke dalam rumah.
“Ah tidak. Jangan-jangan dimakan kucing,” jawabku sambil mengambil handuk yang telah dipersiapkan istriku.
Kecurigaan Laksmi ternyata bukan hanya kali itu saja, beberapa hari terakhir dia selalu kehilangan lauk makanan yang sengaja dibuatnya, seperti gorengan bakwan, tempe goreng dan pisang goreng yang kerap tak tersisa, padahal dirinya hanya memakan beberapa potong makanan gorengan dan Sisanya yang telah dipersiapkan untuk lauk tambahan makan dengan nasi.
Hal itu dirasakan terjadi di setiap malam Jumat. Peristiwa yang tidak dapat dilupakan Laksmi adalah suatu malam hari, ketika dia tengah merebahkan badannya bersamaku di kamar, pandangannya ke atas, ke langit-langit kamar yang jelas terlihat beberapa ruas bambu sebagai penyangga gubuk rumah reotku. Tampak pula atap rumah yang menggunakan daun rumbia dengan jelas tersoroti lampu bohlam yang hanya berkekuatan 10 watt dari peraduan.
Saat itu aku telah terlelap dengan pulas, mungkin karena badanku kecaparan selama sehari telah bekerja. Pandangan Laksmi masih menerawang jauh hingga menembus langit-langit kamar, sambil memegang perutnya yang mulai membuncit karena telah dinyatakan bidan desa kalau positif hamil.
Lamunannya hanya penuh angan kehidupannya kelak akan lebih baik, dengan harapan beban biaya hidup yang semakin tinggi menjelang kelahiran anaknya dengan kondisi penghasilanku yang hanya sebagai tukang becak hanya cukup untuk makan sehari dengan lauk seadanya.
Di tengah larmunannya dengan menerawang ke arah langit-langit kamar, hembusan angin dingin masuk melalui celahcelah dinding rumah yang menggunakan anyaman bambu dirasakan kian dingin menusuk tulang. Sarung usang yang menjadi selimut dikenakannya untuk dapat mengusir kedinginan. Sementara sahutan burung hantu semakin menambah aroma mistis pada malam itu. Saat itulah Laksmi dikagetkan dengan sosok penampakan perempuan dengan menggunakan pakaian serba putih yang menjuntai ke bawah dengan posisi duduk di batang bambu yang merupakan penyangga bangunan rumah gubuk sebagai pengganti kayu.
Dengan nada terkekeh perempuan itu sambil memakan gorengan. “Hi..hi..hi…” Suara nyaring itu terdengar nyata di telinga Laksmi, namun mulutnya seakan terkatup tidak dapat berteriak. Penampakan kuntilanak itu hanya sebentar. Usai itu Laksmi mencoba membangunkan suami dari tidurnya dengan nada gemetar dan keringat dingin yang mulai bercucuran.
“Mas… maas… itu ada kuntilanak…!” Ucap Laksmi dengan nada terbata-bata sambil menepuk-nepuk dadaku, mencoba membangunkanku dari tidur. Seketika tubuhku yang telah tertidur pulas itu terbangun dengan kaget sambil mengucek kedua mataku.
Mendengar cerita istriku yang baru saja melihat kuntilanak, aku hanya menggeleng seakan tidak percaya. Sambil menenangkan istrinya dan kembali mendekap mengajaknya kembali tidur. “Sudahlah.. Kamu hanya mimpi buruk,” ucapku sambil menenangkan fikirannya.
Setelah kejadian itu, Laksmi selalu cemas dan kerap meminta agar aku cepat pulang lebih awai, hal itu menjadikan aku semakin Cemas karena Laksmi selalu dihantui rasa ketakukan ketika malam tiba, hingga dia kerap menunggu aku pulang kerja di rumah tetangga.
Aku pun akhirnya ikut terpengaruh. Aku berencana akan menemui Kyai Pamungkas, teman seperguruanku semasa di padepokan pencak silat waktu lajang dulu. Dia terkenal bisa melihat hal-hal gaib sehingga sering menjadi rujukan orang-orang mengalami peristwa seperti yang dialami istriku. Rumah Kyai Pamungkas di Condet Jakarta Timur. Sekaligus tempat praktek nemuin tamu yang berurusan dengan keparanormalan.
Begitulah. Aku pun berangkat ke rumah Kyai Pamungkas Meski kerap ke luar kota, namun syukurlah hari itu aku bisa menemuinya. Aku pun menceritakan kejadian yang dialami istriku. “Tolong diterawang Mas, di dalam rumahku ada penghuni makhluk halus yang jahat apa tidak,” aku panggil dia mas karena sudah akrab dari kami muda.
Selang beberapa hari setelah aku megadukan kejadian ganjil itu, Kyai Pamungkas mendatangi rumahku. Dengan ilmu yang dimilikinya, Mas Yono berhasil melihat penghuni lain yang ada di rumahku. “Ya benar, di dalam rumah ini ada penungunya, sebangsa kuntilanak. Dia datang dan seberang jalan sana, tepatnya dari pohon buah gayam,” ucap Kyai Pamungkas.
Mendengar hal itu, aku pun meminta Kyai Pamungkas agar mengusirnya dari rumahku. Tentu saja aku tidak mau tinggal serumah dengan makhluk semacam itu. Kyai Pamungkas menyanggupinya. Dia lantas mengambil posisi duduk bersila. Mulutnya berkomat-kamit tengah membaca doa. Matanya terpejam dengan konsentrasi penuh. Namun semua tidak semudah yang dibayangkan. Beberapa kali aku melihat tubuh Kyai Pamungkas bergetar. Rupanya setelah dilakukan dialog, kuntilanak itu enggan pergi dari rumahku.
“Aku yang terlebih dulu menghuni rumah ini!” Ujar kuntilanak itu.
Namun Kyai Pamungkas tidak bergeming. la terus memaksa agar kuntilanak pergi dari rumahku. Karena tidak ada titik temu, keduanya lantas bertarung secara gaib. Aku tidak bisa merasakan pertarungan itu. Namun aku bisa melihat dengan jelas bagaimana Kyai Pamungkas sedikit kewalahan meladeni kekuatan gaib sang kuntilanak. Tubuh Kyai Pamungkas sampai basah oleh peluh. Syukurlah, akhirnya Kyai Pamungkas bisa memenangkan duel gaib tersebut. Dengan paksa kuntilanak itu kembali dipindah ke tempat asalnya.
“Sudah saya pindah ke pohong gayam. Insya Allah makhluk halus itu tidak akan kembali ke sini,” ucap Kyai Pamungkas usai melakukan ritual pemagaran gaib di rumahku.
Aku dan istriku pun bersyukur karena kini kami tidak perlu lagi berbagi tempat tinggal dengan kuntilanak. Masakan istriku pun selalu utuh. Istriku juga tidak perlu lagi ke rumah tetangga manakala aku terlambat pulang kerja. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)