CINTA TERKADANG MEMANG BUTA, KARENA KEBUTAAN ITU SI PELAKU MENGGUNA-GUNA WANITA YANG DICINTAINYA MESKI SI PUJAAN HATI SUDAH BERTUNANGAN. DIA MEMANG BERHASIL MEMIKATNYA, BAHKAN MENIKAHINYA, NAMUN COBAAN RUMAH TANGGA ITU PENUH DENGAN KEANEHAN DAN COBAAN. BAGAIMANA KISAH MISTERI INI SELENGKAPNYA…
“Pembaca Paranormal-Indonesia.com. Semoga pembaca Paranormal-Indonesia.com bisa mengambil pelajaran dari kisah kehidupan perkawinan Bapak ini” Demikian salah satu kalimat yang ditulis Pak Hanafi dalam suratnya.
Dalam surat yang sama, Pak Hanafi secara singkat menceritakan, bahwa dia bisa menikahi istrinya adalah karena semacam guna-guna yang telah dikirimnya. Persisnya adalah karena ilmu gaib yang disebutnya sebagai Mantera Kasih Sayang. Dia juga menyebut ilmu langka ini diperolehnya dari Sutan Marajo Sakti, seorang dukun yang tinggal di Batusangkar, Tanah Datar, Sumatera Barat.
Berkat mantera itu Syamsidar, bunga desa yang tidak pernah mencintainya akhirnya berbalik tergila-gila kepadanya. Ini terjadi setelah selama 7 malam Hanafi muda mengamalkan Mantera Kasih Sayang. Bahkan, Syamsidar nan cantik datang ke rumahnya untuk mengemis cinta, dan memohon agar dijadikan isteri. Padahal ketika itu, Syamsidar sudah bertunangan dengan Asden, anak Sutan Kayo. Saudagar lembu.
Karena kekuatan Mantera Kasih Sayang, Syamsidar tanpa malu-malu memohon agar kedua orangtuanya memutuskan hubungan pertunangannya dengan Asden. Jika itu tidak dilakukan orangtuanya, dia mengancam akan bunuh diri. Bagaimana semuanya ini bisa terjadi? Berikut kisahnya, sesuai dengan tulisan Pak Hanafi dalam suratnya, yang telah Misteri bumbui di sana-sini, demi memperindah sebuah cerita…
Syamsidar memang pantas dijuluki bunga desa. Rambutnya ikal mayang, wajahnya laksana rembulan, alisnya laksana semut beriring, bentuk dagunya seperti lebah bergantung, dan suaranya merdu seperti buluh perindu. Mungkin, peribahasa itu pantas melekat pada diri Syamsidar.
Dengan kecantikannya yang begitu sempurna, Syamsidar menjadi dambaan para bujangan dan para duda kaya bergelar datuk untuk menjadikannya sebagai isteri kedua mereka. Dari sekian banyak pria yang menggoda dan mengharapkan cintanya, Syamsidar menjatuhkan pilihan hatinya pada Asden. Selain anak orang kaya, Asden termasuk pria berwajah tampan dan pemuda yang saleh. Maklum, Asden ini lulusan Makhtab di Maninjau.
Di desanya, Asden dimasa itu menjadi mubaligh. Dia memberikan cerama agama di setiap pengajian yang diadakan warga desa. Anak-anak desa setiap malam, selepas Maghrib, juga banyak yang belajar mengaji padanya.
Hubungan cinta antara Asden dan Syamsidar sudah berlangsung lama. Setelah Asden lulus sekolah, orangtua Syamsidar segera melamarnya. Rupanya, mereka takut Asden lebih dulu dilamar tetangganya yang juga punya anak gadis. Sebab, banyak orangtua di desa itu berkeinginan melamar Asden untuk dijadikan menantu.
Lamaran orang tua Syamsidar Itu diterima dengan baik oleh orangtua Asden. Hari pernikahan pun ditetapkan secepatnya.
Mengetahui Syamsidar tidak lama lagi akan menikah, Hanafi yang selama ini menaruh hati pada si bunga desa menjadi gelisah. Dalam hatinya, timbul perasaan cemburu, yang kemudian berubah menjadi dengki. “Syamsidar tidak boleh menikah dengan Asden. Dia harus menikah denganku,” bisik hatinya.
Selama ini, semua warga di desa itu memang sudah tahu, jika Hanafi menaruh hati pada Syamsidar. Tapi, gadis yang ditaksirnya itu tidak pernah membalas cintainya. Bahkan, ketika suatu hari Hanafi menyapa dan menggodanya, bukan senyum manis yang dia terima, sebaliknya malah makian dan sumpah serapah.
“Orang tidak tahu diri!” sungut Syamsidar menjawab godaan Hanafi.
Hanafi memang keterlaluan. Waktu itu dia bilang Syamsidar lebih pantas menjadi isterinya daripada menjadi isteri Asden. Hanafi memang tidak tahu diri. Ucapan makian yang diucapkan Syamsidar itu membuat hatinya bertambah nyeri, Hanafi merasa martabat dan harga dirinya sebagai seorang laki-laki amat terhina.
Setelah memendamnya sekian lama, ditambah lagi kabar yang mewartakan bahwa Syamsidar akan duduk bersanding di atas pelaminan, maka Hanafi pun bersiap membalas sakit hatinya.
“Mengapa aku tidak coba meminta bantuan Sutan Marajo Sakti, dukun di Batusangkar!” Bisik hatinya. Dia ingin membuktikan, bahwa dirinya dapat memiliki Syamsidar. “Suami isteri saja masih bisa bercerai, apalagi masih bertunangan?” Tekannya.
Pagi itu, setelah menunaikan shalat Subuh di masjid, Hanafi berangkat seorang diri menuju rumah Sutan Marajo Sakti. Perjalanan dari desanya menuju rumah Sutan Marajo Sakti sekitar 4 jam, ditempuh dengan berjalan kaki. Maklum saja, di zaman itu, angkutan umum memang belum ada.
Sutan Marajo Sakti menyambut ramah kedatangannya. Hanafi dipersilahkan menuju kamar prakteknya. Ruangan kamar itu penuh dengan nuansa mistik. Kepada Sutan Marajo Sakti, Hanafi pun menceritakan masalah yang dihadapinya. Laki-laki tua itu hanya tersenyum mendengar pengakuannya.
“Jadi kau ingin memperisterinya?” tanya sang dukun.
“Benar, Pak Sutan!” jawab Hanafi.
“Dalam agama, kita tidak boleh meminang orang yang sudah dipinang. Selain itu, tidak boleh memisahkan dua orang yang saling mencintai,” kata Sutan Marajo.
“Tolonglah saya, Pak Sutan. Saya ingin membalas rasa sakit hati saya dengan memperisterinya. Supaya gadis itu tidak sombong. Selain itu, agar warga desa saya tidak menganggap remeh saya. Saya akan mencintainya, menyayanginya seumur hidup saya, tegas Hanafi meyakinkan Sutan Marajo.
“Bapak bisa menolongmu, tapi kau harus bersedia menanggung akibatnya di kemudian hari.”
“Apa akibatnya, Pak Sutan?” potong Hanafi.
“Dua tahun setelah kau menikah dengannya, dia akan menderita macam-macam penyakit. Penyakit itu tidak dapat disembuhkan, dan penyakit itu membuat kecantikannya luntur. Dia kelihatan lebih tua dari usia sebenarnya. Apa kau mau isterimu itu kelak sakit-sakitan?”
Karena terbakar cemburu, tanpa pikir panjang lagi Hanafi langsung menjawab, “Mau pak Sutan. Bagiku tidak mengapa, yang penting dia dapat kumiliki sebagai isteri,” tandasnya.
“Benar kau tidak akan menyesal?” tanya Sutan Marajo sekali lagi.
“Tidak, Pak Sutan!” jawab Hanafi mantap.
“Baiklah, kalau begitu aku akan berusaha membantumu”
Ringkas cerita, oleh Sutan Marajo, Hanafi dimandikan dengan air kembang yang telah diberi mantera. Kemudian Sutan Marajo memberikan mantera yang harus dibaca tengah malam. Mantera itu dibaca selama tujuh malam berturut-turut (Sayangnya, Pak Hanafi tidak menuliskan bunyi mantera tersebut).
Setelah selama tujuh malam Hanafi membaca mantera pemberian Suran Marajo, pagi Subuh itu dia mendengar suara seorang perempuan memangil-manggil namanya.
“Aneh, sepertinya itu suara Syamsidar?” bisik hatinya, antara heran dan gembira.
“Hanafi…” Syamsidar memangil-manggil kamu. Ada keperluan apa dia mencarimu subuh-subuh buta begini? Beritahu Ibunya sambil geleng-geleng kepala.
Hanafi keluar dari dalam kamar menemui Syamsidar yang menunggunya di depan tangga rumah gadang orangtuanya.
“Ada apa kau mencariku?” Tanya Hanafi.
“Abang, aku merindukanmu. Aku ingin menikah denganmu,” kata Syamsidar berterus terang tanpa malu-malu.
Mendengar ucapan Syamsidar, perasaan hati Hanafi menjadi lega dan bahagia. “Bukankah kau telah bertunangan dengan Asden?” tanya Hanafi, pura-pura bingung dan keberatan.
“Benar, tapi aku tidak ingin menikah dengannya. Aku ingin menikah dengan Abang,” rengeknya, manja.
Hanafi tersenyum licik.“Kalau begitu, bilanglah pada kedua orangtuamu, jika kau memilih Abang sebagai calon suamimu, katanya.
“Abang bersediakah menjadi suamiku?”
Hanafi hanya mengangguk, sambil menatap Syamsidar yang tetap cantik walau dalam keadaan kalut dan kusut masai.
Selepas itu, Syamsidar pulang dan memberitahu kedua orangtuanya. Pada orangtuanya, Syamsidar berterus terang mengungkapkan isi hatinya jika selama ini sangat mencintai Hanafi.
Mendengar pengakuan Syamsidar, kedua orangtuanya tentu saja sangat terkejut. Mereka merasa heran, mengapa tiba-tiba Syamsidar sampai berubah pikiran? Tapi, mereka juga tahu kalau Hanafi adalah pemuda yang baik dan suka menolong tetangga yang memerlukan bantuannya. Bahkan, setiap musim panen tiba, orang tua Syamsidar meminta bantuan Hanafi untuk menyabit padi di sawah.
Selain itu, Hanafi juga bukan berasal dari keluarga miskin. Ayahnya memiliki tanah persawahan puluhan hektar. Tapi masalanya, Syamsidar sudah ditunangan dan sebulan lagi akan melangsungkan pernikahan dengan Asden. Kalau saja Syamsidar belum bertunangan, tentu saja tidak akan ada masalah.
“Kau sudah bertunangan, Nak. Bagaimana dengan Asden dan kedua orangtuanya?” Tanya Ibunya, bimbang.
“Aku tidak lagi mencintai Bang Asden, Bu?” tangis Syamsidar pecah.
“Lalu kenapa kau dulu meminta Ibu melamar Asden?”
“Dulu aku memang mencintainya, tapi sekarang sudah tidak lagi. Perasaan cintaku telah berpaling pada Bang Hanafi, jawab Syamsidar.
Kedua orangtua itu menduga, Syamsidar dan Asden bertengkar hebat. Jika tidak, mana mungkin Syamsidar berubah menjatuhkan pilihannya pada Hanafi. Namun, ketika hal ini ditanyakan pada Asden, pemuda itu mengatakan tidak ada masalah diantara dirinya dan Syamsidar.
Lalu, mengapa tiba-tiba Syamsidar meminta orangtuanya memutuskan hubungan bertunangannya dengan Asden? Pertanyaan ini memang tidak dapat mereka jawab.
“Barangkali kami memang tidak berjodoh, Bu!” Jawab Asden, pasrah. Sebagai orang yang beriman, Asden bisa menerima keputusan Syamsidar yang lebih memilih Hanafi untuk menjadi pendamping hidupnya. “Mungkin, inilah yang disebut takdir Allah SWT. Manusia hanya bisa berusaha, tapi ketentuannya ada di tangan Allah.” Demikian pendapat Asden menerima kenyataan pahit dan sangat menyakitkan itu.
Kedua orang tua Syamsidar merasa lega mendengar ketulusan Asden. Apalagi pemuda itu menyatakan akan tetap mencintai dan menyayangi Syamsidar sebagai seorang adik.
Beberapa hari setelah kemelut itu, orangtua Syamsidar kemudian meminang Hanafi. Pinangan itu diterima dengan baik oleh kedua orangtua Hanafi.
Akhirnya, pesta pernikahan dilangsungkan secara sederhana. Hal ini dilaksanakan untuk menjaga perasaan hati Asden dan keluarganya.
Kedua pasangan suami isteri pada awal pernikahan, hidup bahagia. Pengaruh mantera yang diberikan Sutan Marajo pada Hanafi, membuat Syamsidar tunduk dan patuh padanya. Di mata Syamsidar, Hanafi seorang laki-laki berwajah sangat tampan dan sangat berwibawa. Meskipun dalam kenyataannya, Hanafi hanyalah laki-laki berparas biasa.
Pasangan suami isteri ini mereguk kebahagiaan. Apalagi, ketika Syamsidar mengandung anak pertamanya. Kebahagiaan itu seolah-olah menjadi kian sempurna.
Tapi, sesuatu yang aneh kemudian terjadi. Sejak usia kandungannya mencapai empat bulan, Syamsidar mulai sering sakit-sakitan. Hanafi berusaha mengobati penyakit isteri tercintanya, baik secara medis atau non medis. Tetapi tak jua kunjung sembuh. Sembuh beberapa bulan, kemudian sakit lagi.
Akibat dari penyakit yang diderita Syamsidar bayi dalam kandungannya mengalami keguguran. Setelah Syamsidar mengalami keguguran, tubuhnya kembali sehat seperti sediakala. Namun itu tak lama. Beberapa bulan kemudian, setelah dia kembali mengandung penyakit aneh itu kembali muncul. Menurut pemeriksaan dokter, Syamsidar menderita penyakit anemia. Anehnya, meski vitamin dan obat-obatan sudah diberikan, ditambah makanan bergizi sudah dikonsumsinya, tapi penyakit itu tak juga sembuh.
Sementara itu, menurut hasil pemeriksaan dukun, penyakit yang diderita Syamsidar sebagai penyakit kutukan yang tidak bisa disembuhkan.
“Isterimu akan bebas dari penyakit, apabila kau menceraikannya,” kata salah seorang dukun kepada Hanafi.
“Apa alasan saya jika terpaksa harus menceraikannya. Selain itu, saya sangat mencintainya. Jika tiba-tiba kami bercerai, bagaimana perasaan Syamsidar dan perasaan keluarganya?” Sergah Hanafi.
Memang, tidak mungkin Hanafi menceraikar Syamsidar. Apalagi dia telah berjanji, baik pada dirinya sendiri atau pada Sutan Marajo, akan mencintai Syamsidar seumur hidupnya. Jika tiba-tiba disarankan dukun agar menceraikan Syamsidar, sungguh tidak mungkin.
Tetapi… Kenyataan aneh itu terus saja terjadi setiap Syamsidar mengandung beberapa bulan, penyakit itu datang. Kemudian bayi yang dikandungnya mengalami keguguran. Demikian terus berlangsung hingga Syamsidar mengandung anak keempat.
Sampai akhirnya, karena faktor usia, dan kondisi Syamsidar yang semakin lemah, maka dia tidak lagi dapat mengandung. Dokter ahli kandungan juga menyarankan agar dia jangan lagi hamil.
Kalau dihitung-hitung, kebahagiaan hidup berumahtangga bersama Syamsidar mungkin hanya dinikmati Hanafi selama dua tahun. Selama waktu itu, dia dapat menikmati hubungan suami isteri secara normal. Tapi, setelah waktu dua tahun berlalu, Syamsidar mulai menderita sakit-sakitan. Hubungan intim menjadi terganggu. Hanafi hanya bisa menyentuh kebutuhan biologisnya pada mulanya seminggu sekali, kemudian sebulan sekali, beberapa bulan sekali, akhirnya sama sekali dia tidak dapat melakukannya.
Dalam kehidupan perkawinannya, Hanafi lebih banyak “puasa” berhubungan intim. Tapi, itulah yang harus dia terima…
Dalam surat yang ditulisnya, Hanafi bukan saja merasa sangat menyesal, tapi merasa sangat berdosa. Apalagi setelah Syamsidar meninggai dunia. Rasa bersalah dan penyesalan terus membayangi kehidupannya.
“Hanya karena memperturutkan nafsu syahwat, Bapak melakukan cara yang tidak benar untuk mendapatkan seorang isteri,” katanya dalam surat yang ditulisnya.
Kini Hanafi mengisi hari-hari kehidupannya dengan lebih mendekatkan diri pada Allah SWT. Dia berharap, Allah SWT mengampuni segala dosa-dosanya. Ya, semoga saja, aamiin… ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)