Kisah Kyai Pamungkas: PULANG SETELAH TIGA HARI PEMAKAMAN
Kisah nyata ini dituturkan oleh Suyanto yang terjebak Sebuah pesta di alam gaib. Di alam nyata dia sudah dinyatakan meninggal…
Dimanapun tempatnya, yang namanya waktu Maghrib merupakan saat yang jadi pantangan untuk berada di luar rumah, apalagi di tempat-tempat yang wingit. Bukan hanya dikarenakan waktu ini merupakan tempuran atau pergantian antara dua waktu siang dan malam, namun juga waktu maghrib merupakan waktu yang paling sering digunakan oleh makhluk halus untuk memulai aktivitasnya yang tidak jarang bersinggungan dengan aktivitas manusia. Oleh karena itu, dalam agama Islami pun sangat dianjurkan untuk banyak-banyak mengingat Allah SWT dengan membaca doa dan ayat-ayat sudi Al-Qur’an pada waktuwaktu seperti ini sebagai benteng terhadap gangguan ibiis dan bala tentaranya.
Tak terkecuali di tempatku yang masih berdekatan dengan kawasan wisata Pantai Karang Bolong, Gombong yang memang masih dikenal cukup rawan terhadap hal-hal yang bernuansa mistis. Kejadian-kejadian di luar nalar seperti kisahku berikut ini masih begitu seng terdengar dan menjadi bahan perbincangan dari mulut ke mulut.
Sebagai seorang petani yang hidup dengan kondisi pas-pasan, aku yang tinggal di salah satu lintasan jalan menuju Pantai Karang Bolong dituntut untuk bekerja ekstra keras. Dengan sawah warisan yang hanya beberapa petak dengan luas yang terbatas, aku tetap berusaha untuk menghidupi isteri dan beberapa anakku yang masin kecil. Inilah kehidupan, meskipun keras aku yang tak sempat mengenyam pendidikan tinggi harus terus berjuang untuk tetap dapat bertahan.
Seperti hari-hari sebelumnya, waktu itu aku bekerja di sawah seorang diri. Mulai dari pagi, siang sampai hari beranjak senja. Entah mengapa waktu itu aku merasa ingin tetap berada di sawah yang sebentar lagi akan ditanami padi, hingga aku tak menyadari kalau hari sudah mulai petang. Akupun merasa enggan pulang ke rumah meskipun seingatku tidak ada masalah apapun yang sedang aku hadapi di rumah. Biasanya aku pulang selepas Ashar dan sore harinya aku gunakan untuk mengobrol bersama isteri dan anak-anakku.
Seperti biasa, selesai menggarap sawah aku langsung menuju sungai kecil yang berada tidak jauh dari sawahku. Tepatnya di salah satu ujung jalan desa. Waktu itu hari sudah sedemikian senja dan lamat-lamat mulai kudengar suara adzan Maghrib dari mesjid yang ada di desaku. Kupercepat langkahku dengan menenteng cangkul. Kulewati pematang-pematang sawah hingga akhirnya sampai juga di sungai itu. Gemericik airnya yang begitu jernih terkadang membuat aku betah berlama-lama di tempat itu, terutama bila pikiranku sedang ruwet.
Aku mulai membersihkan cangkulku. Aku merasa cangkul ini sebagai teman setiaku dalam mengais rezeki. Karena itu aku selalu merawatnya dengan baik. Setelah membersihkan cangkul, akupun mulai membersihkan tangan dan kakiku. Sejauh itu aku belum menyadari kalau sesuatu bakal terjadi.
Selesai membersihkan diri, ketika aku hendak beranjak, dari kejauhan kudengar suara orang yang sedang berbaris. Aku diam sejenak untuk memastikan kebenaran pendengaranku.
Benar saja, suara itu semakin lama semakin dekat dan entah mengapa aku tak dapat bergerak sama sekali. Aku hanya diam mematung. Ada perasaan takut dan bingung yang berkecamuk di dadaku. Sampai akhirnya suara itu jelas-jelas terdengar di dekatku dan aku melihat pemandangan yang sungguh belum pernah kulihat sebelumnya, di atas sungai kecil yang tadi kugunakan untuk membersihkan diri, berbaris dengan rapi sepasukan prajurit dengan mengenakan seragam kerajaan. Mereka berjalan dengan gagah di atas alr tanpa menyentuhnya dan tidak menimbulkan suara gemericik. Yang terdengar malah suara kaki seperti orang yang berbaris di daratan, Aneh memang, dan yang lebih aneh ketika barisan itu habis, tiba-tiba tanpa aku sadari seperti ada kekuatan hebat yang menggerakkan kakiku berjalan mengikuti pasukan itu. Aku tak bisa berbuat apa-apa kecuali mengikuti saja langkah kakiku. Keanehan sekali lagi terjadi. Aku. ternyata berjalan di atas air dan sama sekali tidak menyentuhnya.
Di antara bingung dan takut, aku ikuti saja sepasukan prajurit kerajaan itu berjalan menyusuri sungai. Meskipun hari gelap, aku masih dapat mengenali daerah sepanjang sungai yang aku lewati hingga akhirnya aku sampai di sebuah istana yang sangat megah yang ternyata tidak jauh dari sawahku.
Sesampainya di pintu gerbang istana itu, aku terus saja berjalan masuk ke dalam. Sementara dua orang penjaga plntu gerbang sama sekali tidak menggubris kedatanganku. Sepertinya mereka tidak melihatku atau memang sengaja tidak memperdulikanku.
Aku terus saja masuk dan sampai di sebuah ruangan yang sangat besar. Di dalam ruangan itu, aku melihat banyak sekali perabot-perabot yang Indah dengan dihiasi lampu berwarna-warni. Di tempat itu aku melihat banyak orana yang sedang menari dan seperti dengan menggunakan pakaian dansa yang sangat indah diiringi alunan musik yang sangat syahdu. Aku hanya bisa terkagum-kagum melihatnya. Tempat ini sedang diadakan pesta, untuk perayaan apa, aku tak tahu.
Dalam ketertegunanku, seorang pelayan cantik jelita menghampiriku denngan menyodorkan baki berisi makanan dan minuman. Aku juga dipersilahkan duduk untuk menikmati hidangan itu tanpa sepatah katapun yang dia ucapkan. Karena merasa lapar, kumakan habis hidangan yang disajikan untukku. Sungguh, hidangan itu terasa sangat lezat di lidahku. Lebih lezat daripada makanan pesta yang pernah kunikmati di desaku.
Tak lama kemudian musik pun berhenti, suasana menjadi sunyi. Mereka yang tadi berdansa dan menari duduk di tempat masing-masing. Tak lama berselang, seorang puteri yang sangat cantik, memasuki ruangan dan duduk di tempat yang lebih tinggi. Ia tak mengucapkan sepatah katapun kecuali bertepuk tangan tiga kali. Pestapun kembali dimulai. Para tamu yang tadi duduk, kembali menari dan berdansa diiringi musik yang kali ini sedikit lebih meriah. Aku merasa pesta ini mirip seperti pesta orang bisu. Mungkin karena aku tidak terbiasa dengan suasana seperti ini, akupun merasa bosan dan jadi ingat isteri dan anak-anakku yang pasti sudah menunggu.
Aku sadar kalau aku telah berada di alam lain dan tak boleh terlena. Kuhimpun segenap tenaga untuk keluar dari ruangan itu. Dengan mengendap-endap, akupun keluar dari ruangan pesta itu dan setengah berlari menyusuri ruangan demi ruangan yang tadi kulewati sebagai jalan masuk.
Akupun berhasil keluar melewati pintu gerbang karena mereka yang ada di sanapun seakan tidak memperdulikanku.
Aku mulai meninggalkan istana itu dan kembali menyusuri sungai kecil, jalan yang aku gunakan untuk datang ke Istana itu, Waktu itu aku merasa hari masih sedemikian gelap dan aku terus saja menyusuri sungai dengan kaki yang sama sekali tidak menyentuh air Sampai akhirnya aku merasa sesuatu menarik kakiku ke dalam air.
Aku merasa kali ini benar-benar tercebur dan kakiku pun terperosok ke dalam air yang dalamnya Lak lebih dari satu meter. Namun nahas, kepalaku membentur dinding sungai dan pingsan.
Aku merasa kulitku seperti tersengat hangatnya matahari dan sayup-sayup kudengar suara gemericik air. Aku membuka mata, kulihat di sekelilingku. Ternyata aku masih berada di sungai, tepat di tempat aku mencuci cangkulku kemarin petang. Aku bersyukur pada Tuhan karena masih dapat melihat matahari.
Aku pun bergegas pulang. Tak memperdulikan apa yang telah terjadi. Orang-orang desa pasti telah sibuk mencarik Apalagi anak dan isteriku, mereka pasti bingung karena aku tak pulang kerumah. Dengan sekuat tenaga, aku bangun dan berjalan menuju pematang sawah yang akan membawaku ke jalan desa.
Tak berapa lama, aku melihat Mas Tarso sedang mencangkul di sawahnya akupun menyapa dan melambaikab tanganku. “Mas Tarso, Mas Tarso!”
Mas Tarso yang kupanggil tampak diam memandangiku dan seperti sedang mengamat-amati apa yang ia lihat. mengusap-usap matanya dan kemudian berteriak, Ian ketakutan. “Jangan ganggu aku! Ada hantu…!?”
Aku jadi bingung melihat tingkah Mas Tarso. Kuusap-usap wajahku. Aku berpikir mungkinkah wajahku kini ngerikan seperti hantu. Ataukah aku memang telah menjadi hantu. Kulihat ke bawah, kakiku pun masih tetap menginjak bumi. Itu berarti aku masih tetap manusia biasa.
Antara perasaan bingung, takut, penasaran, akupun meneruskan Iangkahku tanpa memperhatikan Mas Tarso yang terus lari ketakutan. Sesampai di jalan desa, aku berjumpa dengar Siyem dan langsung saja menyapat. Tapi apa yang terjadi? Yu Siyem lari ketakutan dan berteriak-teriak seperti melihat hantu. Persis seperti yang tadi dilakukan Mas Tarso.
Aku semakin mempercepat langkahku menuju rumah. Aku tak mempedulikan lagi orang-orang yang juga ketakutan melihatku. Sesampainya di rumah aku mengetuk pintu. Dan begitu pintu dibuka, wajah isteriku yang melihat waktu itu langsung pucat pasi, kaget, dia pingsan! Aku bertambah bingung dengan apa yang telah terjadi.
Untungnya di situ ada pakdhe ku yang dengan pelan dan ragu menghampiriku.
“Ini bener kamu?” Tanya pakdheku dengan kebingungan.
“Iya pakdhe, aku keponakanmu,” jawabku sambil mencium tangannya.
Setelah membantu istriku yang sudah disiuman, pakdheku menjelaskan semuanya dengan perlahan, apq yang telah terjadi.
Menurutnya, tiga hari yang lalu, setelah aku pulang dari sawah pada waktu Maghrib ada hal aneh yang terjadi. Sesampainya di rumah tubuhku panas dan langsung meninggal tanpa sebab yang jelas. Keesokan harinya jasadku pun dimakamkan di pemakaman desa dan waktu itu pakdheku turut serta mengurusi jenazahku. Diumumkan, aku telah dinyatakan meninggal tiga hari yang lalu. Pantas saja semua orang yang melihatku langsung tari ketakutan. Mereka mengira aku mayat yang hidup kembali.
Akhirnya, dengan kesepakatan bersama dan untuk memastikan apa yang telah terjadi, pada hari itu juga dilakukan penggalian kuburanku. Setelah digali ternyata yang telah mereka kubur bukanlah jasadku, melainkan sebuah cangkul yang tiga hari lalu sermpat aku bersihkan di sungai itu. Bagaimana itu bisa terjadi? Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)