Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: Ke Alam Gaib Gunung Lawu

Kisah Kyai Pamungkas:

SENSASI MISTIS BERKUNJUNG KE ALAM GAIB GUNUNG LAWU

BAGAIMANA MUNGKIN SEORANG ANAK MANUSIA BISA MENEMBUS DIMANSI ALAM GAIB? HAL MUSTAHIL ITU TAK MENUTUP KEMUNGKINAN TERJADI DENGAN SEJUMLAH KETENTUAN. SEPERTI YANG DAPAT KITA SIMAK LEWAT KISAH MENARIK INI…

GUNUNG Lawu merupakan saleh satu kawasan yang dipercaya penuh dengan hal-hal mistis. Disebutan bahwa di gunung legendaris ini terdapat sebuah kerajaan gaib, dengan rajanya yang konon bernama Mbah Lawu Sejauh manakah kebenaran cerita ini?

Memang, bagi banyak orang cerita tentang keberadaan kerajaan gaib di Kawasan Gunung Lawu itu hanya sebuah legenda, atau mungkin sesuatu yang berbau takhyul. Tetapi tidaklah demikian bagi Ina Sofiana. Pemilik tubuh tinggi semampai ini pernah mengalami suatu sensasi mistis yang hingga kini tak pernah sirna dari ingatannya.

Berawal dari sakit berkepanjangan, bahkan sampai dirinya divonis telah mati. Di saat keluarga dan sanak kadang menangisi keadaannya, Ina justeru tengah mengarungi samudera kegaiban itu. Di kerajaan gaib Gunung Lawu dia berada dalam asuhan Emban Canthikawerti, seorang dewi cantik yang menguasai aneka jenis ilmu pengobatan, khususnya bagi kaum wanita.

Seperti apakah pengalaman gaib yang dialami oleh perempuan kelahiran Purwodadi ini? Berikut merupakan kesaksian Ina Sofiana yang dituturkan kepada Paranormal-Indonesia.com.

Waktu itu aku masih duduk di kelas 3 SD di desa kelahiranku yang ada di Purwodadi. Usiaku barangkali baru 8 tahun. Aku adalah gadis kecil yang selalu periang. Tapi, keriangan itu harus hilang seketika tanpa sebab yang pasti aku tiba-tiba jatuh sakit. Suhu tubuhku panas tinggi, dan nafsu makanku mendadak hilang.

Mulanya, Ayah dan ibuku menganggap sakit yang kualami hanyalah demam biasa. Tapi setelah diberi obat, baik tradisional maupun obat-obatan dari warung, ternyata panas tubuhku tak kunjung turun. Kedua orang tuaku pun semakin panik. Terlebih setelah seminggu sakitku tak kunjung sembuh.

Karena cemas melihat keadaanku, Ayah dan Ibu kemudian membawaku ke rumah sakit. Semula mereka berniat akan mengopname diriku agar lekas sembuh. Anehnya, sebelum niat itu dilaksanakan, mendadak suhu badanku turun dan berubah normal. Kenyataan ini bahkan sempat membingungkan dokter yang memeriksaku.

Karena dokter tidak menemukan adanya gangguan gejala penyakit dalam diriku, maka menyimpulkan bahwa aku tak pertu dirawat inap. Dokter kemudian memberikan beberapa jenis obat-obatan, terutama vitamin untuk menambah nafsu makan.

Setiba di rumah, keanehan kembali terjadi. Suhu badanku kembali meninggi, bahkan diluar ambang batas kewajaran. Menurut cerita Ibuku, beberapa kali kesadaranku hilang, sampai seluruh keluarga panik dibuatnya.

Tetapi yang aneh, dalam keadaan tak sadarkan diri itu, sukmaku berada di suatu tempat yang sangat indah. Ya, aku merasa tengah berjalan jalan di pinggir telaga dengan bunga-bunga indah di sepanjang tepiannya Di sana aku bertemu dengan seorang puteri cantik jelita, dengan mahkota indah yang bertengger di kepalanya. Aku begitu terpesona melihatnya. Namun, ketika aku berlari mengejar sang putri, tiba-tiba aku merasakan langkah sangat berat. Saat aku memaksa, maka berulang kali aku terjatuh. Lalu, aku pun merasa seperti baru bangun dari mimpi. Kulihat Ibu dan keluarga yang lain tengah menangisi keadaanku. Kudengar juga orang-orang yang berbisik, “Alhamdulillah, dia sadar kembali!”

Waktu itu, aku tak mengerti dengan apa yang telah terjadi atas diriku. Hanya, demi melihat banyak orang yang berkumpul mengerumuni diriku, maka seketika itu ketakutanku muncul. Aku pun menangis dalam pelukan Ibu.

Peristiwa yang bagiku sungguh aneh itu berulang kak menimpa diriku. Ya, setidaknya aku tahu hal ini dari cerita ibuku. Katanya, di waktu-waktu tertentu, terutama menjelang surupnya matahari, bersamaan dengan semakin meningginya suhu tubuhku, maka di taat itu pula aku langsung jatuh tak sadarkan diri.

Nah, disaat aku tak sadarkan diri inilah sukma atau rohku justru mengarungi sebuah kenyataan berdimensi gaib. Kalau pada awaInya aku hanya berjalan di tepi telaga dengan bunga-bunga indah yang menghiasinya, dan di sana aku bertemu dengan seorang dewi yang cantik, maka di hari-hari selanjutnya aku justru mampu bercengkerama dengannya.

Ooo… sang dewi yang menyebut dirinya sebagai Emban Canthikawerti itu ternyata sangat menyayangiku. Sungguh aneh, kepadaku dia memberikan banyak pelajaran tentang berbagai macam resep pengobatan lewat dedaunan dan akar-akaran. Dia memperkenalkan berbagai macam bentuk dan jenis dedaunan yang mengandung khasiat tertentu, termasuk akar-akaran dan aneka biji tanaman yang mengandung khasiat, juga bagaimana cara meramunya.

Karena usiaku waktu itu dapat dikatakan masih ingusan, maka aku tak begitu mengerti dengan maksud dan penjelasan sang dewi. Hanya yang pasti, setelah sekian lama bercengkrama dengan sang dewi, entah mengapa tiba-tiba muncul kerinduan teramat sangat dalam hatiku ingin bertemu dengan Ibuku. Ketika itulah aku menangis. Anehnya, bersamaan dengan itu kurasakan ada sepasang tangan lembut yang mengguncang dan membelai-belai kepalaku. Lalu, ketika kubuka mataku, maka yang pertama kali kulihat adalah wajah Ibuku yang bersimbah air mata. Sambil menangis dia kemudian berkata, “Alhamdulillah, kamu sudah sadar lagi, Nduk!”

Semua orang memang tak ada yang bisa memahami sensasi gaib yang tengah kualami, kecuali hanya seorang saja yakni Mbah Khadam Sastroningrat. Beliau adalah kakekku sendiri yang dikenal sebagai seorang yang gemar melakukan tirakat. Menurut cerita Ayahku, Yasmin Ronokromo, ketika aku terbaring sakit kakek justeru sedang pergi entah kemana. Kemungkinan beliau tengah melakukan tirakat. Namun, tak seorang pun yang tahu di mana lokasi persisnya.

Ringkas cerita, karena tak seorang pun tahu penyakit apa yang bersarang dalam diriku, meskipun menurut kata orang dan dokter aku menderita tipes, maka kondisiku tak kunjung membaik. Bahkan, kata Ibuku waktu rambutku sampai botak karena kepanasan. Tubuhku juga kurus kering karena hanya sedikit mengkonsumsi makanan.

Hampir tiga bulan lamanya gadis kecil usia 8 tahun yang adalah diriku itu terbaring sakit. Sampai suatu hari, orang-orang menganggapku telah mati. Kata Ibuku, waktu itu beberapa orang sudah sempat mengaji di sisi jasadku yang terbujur kaku. Namun, ketika orang-orang berniat memandikan jasadku yang telah beku itu, maka ketika itulah Mbah Khadam Sastrorungrat datang. Beliau langsung mencegah orang-orang yang berniat memandikan jasadku yang mereka anggap telah terpisah dengan nyawa.

Kedatangan Mbah Khadam yang sangat tepat inilah yang telah mengubah jalan hidupku. Andai beliau tidak datang, mungkin aku sungguh-sungguh dianggap telah mati, dan kini takkan lagi ada seorang perempuan dewasa bernama Ina Sofiana. Mengapa? Sebab ketika orang-orang menganggap diriku telah mati, sesungguhnya di alam lain aku tengah bercengkrama dengan Emban Canthikawerti. Kala itu sang dewi begitu memesona diriku dengan kecantikan dan ilmu-ilmu pengobatan yang dituturkannya. Begitu terpesonanya diriku, hingga aku sama sekali melupakan kerinduan pada Ibuku.

Di saat aku larut dalam buaian kata-kata dan keharuman tubuh Emban Canthikawerti, tiba-tiba kurasakan ada seseorang yang menarik tanganku. Karena aku berusaha mempertahankan diri, semantara tangan itu kian kuat menarikku, maka yang kurasakan adalah kesakitan yang teramat sangat. Aku pun menjerit dan menangis sejadi-jadinya. Aneh sekali, ketika kubuka mataku, kulihat orang-orang, terutama ibu yang langsung memelukkan dengan sangat eratnya. Sementara yang lain masing-masing menggemakan takbir dan tahmid.

Begitu sensasi mistis yang kualami. Sulit dipercaya, tapi aku sungguh merasakan dan mengalaminya. Pada akhirnya aku tahu siapakah gerangan sang dewi bernama Emban Canthikawerti itu. Dia ternyata salah satu dari tujuh istri gaib kakekku, Mbah Khadam Sastroningrat. Menurut cerita kakek, ketujuh istri gaibnya itu memang merupakan bangsa pedhanyangan yang mendiami kawasan Gunung Lawu. Khusus beraitan dengan Emban Canthikawerti, kakek menyebutnya sebagai figur gaib yang memang menguasai beraneka ragam ilmu pengobatan.

“Dia sangat menyayangimu, Nduk! Karena itulah, dia menginginkanmu hidup di alamnya. Untunglah Kakekmu ini bisa mencegah keinginannya” kata kakek. Beliau juga yang kemudian rajin mengajakku melakukan tirakat di sejumlah tempat di Gunung Lawu. Salah satunya, aku pernah disuruh bertapa oleh kakek di suatu tempat dekat tepian telaga bernama Tirtakandasan. Anehnya, telaga berhias pepohonan bunga yang cantik ini amat mirip dengan telaga yang kerap kulihat dalam sensasi gaib di saat aku terbaring sakit.

Apakah Telaga Tirtakandasan itu ada di dalam nyata, atau mungkin dia hanya ada di alam gaib? Menurut keterangan Mbah Khadam Sastroningrat, telaga itu sesungguhnya berada di alam nyata. Namun, hanya orang-orang berkemampuan khusus yang bisa melihatnya, sebab telaga itu memang diselimuti oleh suatu tabir gaib

Selama dalam penggemblengan Mbah Khadam Sastroningrat, beliau banyak menurunkan ilmu-ilmu pengobatan padaku, dan sementara itu pula aku merasa selalu diikuti oleh Emban Canthikawerti. Bahkan, sosok gaib inilah yang kerap memberikan petunjuk bila aku tengah kesulitan meracik ramuan untuk menolong orang yang membutuhkannya. Bahkan amat sering aku bisa menyembuhkan penyakit seseorang hanya dengan segelas air putih.

Karena Emban Canthikawerti kerap mendatangiku, Mbah Khadam Sastroningrat merasa cemas. Dia tak menginginkan cucu kesayangannya berada dalam bayang-bayang sosok makhluk dari bangsa pedhanyangan itu. Karena itulah beliau selalu berpesan agar aku rajin memperdalam ilmu agama, dan berguru pada seorang Kyai.

Pada tanggal 15 Juli 2000 Mbah Khadam Sastroningrat berpulang ke Rahmatullah dalam usia 125 tahun. Sebelum selang satu tahun sejak kepergiannya, aku digembleng ilmu-ilmu agama oleh orang alim yang akrab disapa Kyai Mandaraka. Dari sosok inilah aku belajar ilmu-ilmu keagamaan. Ini memang sepertinya sudah menjadi jalinan takdir hidupku, seperti yang telah diwasiatkan oleh Mbah Khadam Sastroningrat sebelum kepergiannya… ©️KyaiPamungkas

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: Balada Operasi Plastik

adminbomoh

Kisah Kyai Pamungkas: Diculik Gendruwo

adminbomoh

Kisah Kyai Pamungkas: Anton, Penghisap Darah dari Bangka

adminbomoh
error: Content is protected !!