Cerita Featured Kisah Kyai Pamungkas Uncategorised Uncategorized

Kisah Kyai Pamungkas: BEREBUT PUSAKA DHAMPAR DENGAN NAGA SILUMAN

Kisah Kyai Pamungkas: BEREBUT PUSAKA DHAMPAR DENGAN NAGA SILUMAN

RITUAL PENARIKAN PUSAKA NAGA SILUMAN BERNAMA KI KLOWER TAK MENGHENDAKI DHAMPAR PASIR INTAN DIANGKAT DARI ALAM GAIB. MAKA TERJADILAH PERANG TANDING UNTUK MEMPEREBUTKAN HARTA PUSAKA YANG DIDUGA SEBAGAI BENDA PENINGGALAN PUTRI ONG TIEN INI. BAGAIMANA KISAH LENGKAPNYA…?

 

SEBELUM penulis lebih jauh menuturkan kisah gaib tentang pengangkatan apa yang disebut sebagai Dhampar Pasir Intan dari alam gaib, sehingga mewujud dalam bentuk fisik, maka izinkanlah terlebih dahulu penulis beberkan silsilah mengenal pusaka ini.

 

Diberitakan, pada tahun 1471 Syarif Hidayatultah melakukan muhibah ke Cina, menghadap Kaisar pada waktu itu yang bernama Hong Gie, putra dari Yung Lo, yang masih dalam garis keturunan Dinasti Ming (1368-1642). Muhibah Syarif Hidayatullah ini dapat terjadi berkat hubungan baiknya dengan Laksamana Cheng Ho dan sekertarisnya yang bernama Ma Huan, serta seorang pujangga Cina terkenal bernama Fhei Hsin. Ketiganya telah berkunjung ke Cirebon dan telah memeluk Islam.

 

Di istana Kaisar Cina, Syarif Hidayatullah bertemu dengan Putri Ong Tien atau yang bernama asli Lie A Nyon Tien. Ternyata mereka saling mencintai. Malangnya, hubungan cinta mereka tidak disetujui oleh Kaisar. Karena itulah Syarif Hidayatullah dipulangkan, atau istilah masa kini dideportasi ke Cirebon.

 

Hubungan asmara yang sekian waktu lamanya telah terputus itu akhirnya kembali bersemj. Karena kuatnya kecintaan Putri Ong Tien kepada kekasihnya, Syarif Hidayatullah, maka Kaisar Hong Gie meluluskan permintaan putrinya untuk berkunjung ke Cirebon. Dengan sebuah kapal besar yang dinakhodai oleh Loi Guan Hien, dan dikawal oleh Panglima Guan Chang, rombongan Putri Ong Tien pun tiba di pelabuhan Cirebon. Kedatangan rombongan dari Cina Ini dengan membawa berbagai macam barang bernilai seni tinggi, seperti keramik, porselen dan sebagainya, yang akan diberikan kepada Syarif Hidayatullah, yang ketika itu telah diangkat sebagai Tumenggung dengan gelar Sunan Gunung Jati. Pengangkatanas ini dilakukan oleh Pangeran Walang Sungsang alias Cakrabuana Sri Mangana Kuwu Cirebon,

 

Barang-barang persembahan Putrl Ong Tien itu sebagian besar masih bisa kita lihat hingga Saat ini di Istana Gunung Jati Cirebon. Antara lain berupa piring-piring panjang yang terbuat dari keramik dan porselen, kongkong, bokorbokor kuningan dan lain sebagainya. Namun, ada suatu barang yang terlupakan oleh sejarah.

 

Barang dimaksud berupa dhampar atau alas duduk yang terbuat dari batu marmer atau giok yang disebut dalam tulisan ini sebagai Dhampar Pasir Intan. Dinamakan Pasir Intan adalah karena lempengan marmer ini memiliki Citra aneh mirip dengan gemerlapnya ribuan Intan bila disorot dengan lampu senter, atau bila terkena cahaya.

 

Menurut informasi gaib yang diperoleh penulis, dulunya, dhampar ini digunakan oleh Putri Ong Tien sebagai alas duduknya, sehingga disebutkan dia memiliki aura kecantikan yang sangat luar biasa. Setelah ditikah oleh Syekh Syarif Hidayatullah pada tahun 1481, Putri Ong Tien kemudian berganti narna menjadi Ratu Mas Sumandina. Cucu Raja Yung Lo dari Dinasti Ming ini kemudian wafat pada tahun 1485.

 

Berita gaib menyebutkan, sepeninggal Putri Ong Tien alias Ratu Mas Sumanding, Dhampar Pasir Intan menjadi salah satu benda kesayangan Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Kanjeng Sunan menjadikan dhampar ini sebagai alas tempat duduknya. Konon, khasiat dari dhampar ini juga yang salah satunya membuat usia Sunan Gunung Jati menjadi amat panjang, yakni meninggal dalam usia 120 tahun. Beliau wafat persis malam Jum’at Kliwon pada tahun 1586.

 

Lantas, bagaimana nasib Dhampar Pasir Intan sepeninggal Sunan Gunung Jati alias Sayyid Kamil alias Syekh Maulana Jati?

 

Informasi gaib menyebutkan bahwa benda keramat tersebut diwarisi oleh Pangeran Adipati Kuningan. Dia adalah anak angkat Putri Ong Tien dan Syarif Hidayatullah, sebab dari pernikahannya mereka tidak diberi keturunan. Pangeran Adipati Kuningan sendiri adalah anak dari Ki Gedheng Kemuning Kuningan Raja Lur Agung.

 

Dalam perkembangan selanjutnya, Dhampar Pasir Intan jatuh ke tangan salah seorang pembesar Belanda, setelah berhasil merebutnya dari tangan keluarga Pangeran Adipati Kuningan. Seperti diketahul, pada masa itu dapat dikatakan Cirebon dan seluruh Tanah Jawa memang sudah berada dalam kekuasaan dan kendali penjajah Belanda, Di tangan pembesar Belanda ini Dhampar Pasir Intan kemudian diubah fungsinya menjadi sebuah meja…

 

Demikianlah sekilas informasi yang dapat penulis sampaikan mengenai asal-usul Dhampar Pasir Intan, memang, silsilah yang penulis beberkan di atas bukanlah berasal dari sumber-sumber sejarah resmi, seperti babad atau buku-buku tentang sejarah lainnya, khususnya yang bertalian dengan Sejarah Kerajaan Cirebon dan tokoh-tokoh yang berpengaruh di dalamnya. Apa yang penulis tuliskan mengenai riwayat Dhampar Pasir Intan ini semata-mata hanya bersumber dari riyadoh dan kontemplasi gaib yang dilakukan oleh penulis. Karena itulah, jika seandainya ada pembaca atau pihak-pihak tertentu yang memiliki sumber literatur mengenai sejarah Dhampar Pasir Intan, maka amat berguna untuk menjadikannya sebagai bahan koreksi dari tulisan ini.

 

Pengetahuan penulis tentang keberadaan benda kuno ini sesungguhnya berawal dari diskusi dengan Habib Syekh Husein bin Syekh Ahyad. Sang guru yang sangat penulis hormati menyebutkan bahwa dirinya telah mendapatkan wangsit mengenai keberadaan suatu pusaka yang amat disayang oleh Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Disebutkan juga bahwa pusaka yang belum diketahui berupa apa jenisnya itu berada di sebuah areal yang masih ada hubungannya dengan sejarah pendudukan Belanda di kota Cirebon dan sekitarnya.

 

“Cebalah Andika telusuri di mana keberadaan pusaka itu sekarang!” Demikian amanat sang guru.

 

Demi melaksanakan amanat tersebut, penulis pun segera mencari informasi. Dari beberapa rekan yang biasa berkecimpung dengan masalah gaib, akhirnya

penulis memperoleh kabar tentang keberadaan bekas tangsi, atau mungkin juga markas Belanda, yang ada di daerah Blok Ciledug, Cirebon.

 

“Di tempat itu kabarnya banyak sekali pusaka yang terpendam dan sudah dikuasi gaib. Beberapa orang telah mencoba untuk melakukan pengangkatan, tapi hasilnya selalu nihil. Mereka tak kuat menghadapi perlawanan para penunggu gaib tempat itu.” Demikian sepenggal informasi yang dibeberkan seorang teman.

 

Dengan sinyalemen tersebut, naluri penulis mengatakan bahwa tempat itu sangat mungkin adalah tempat yang dimaksudkan oleh Habib Syekh Husein bin Syekh Ahyad Al Adzomatulkhon, sesuai dengan wanagsit yang diterimanya. Guna membuktikannya, penulis pun langsung melakukan pengecekan secara langsung, yakni dengan mendatangi lokasi bekas tangsi Belanda itu.

 

Ternyata, letak tempat ini persis di tengahtengah areal persawahan, dengan iuas yang diperkirakan lebih dari satu hektar. Yang tersisa memang hanya tinggal puing-puing bangunan yang telah luluh lantak, kecuali sebuah bangunan kecil yang masih utuh atapnya. Bisa jadi bangunan ini dulunya merupakan pos penjagaan.”

 

Menurut keterangan Pak Kasman, 63 tahun, warga desa setempat, sejak zaman dulu tak ada orang yang berani mendekati puing-puing bekas tangsi Belanda itu.“Tempatnya angker sekali, Mas! Waktu saya kecil, kalau ada hewan ternak yang masuk ke tangsi itu pasti akan mati, Katanya dimangsa ular siluman, kisahnya.

 

Keterangan tersebut memang tidaklah berlebihan. Berdasarkan sumber-sumber lain yang diperoleh penulis, sudah beberapa kali pihak pemerintah tewat lembaga terkait berusaha merekontruksi bangunan yang tentu saja memiliki nilai sejarah itu. Namun, ketika rehabilitasi bangunan akan dilakukan, selalu saja terjadi keanehan. Kabar santer menyebutkan bahwa sering kali muncul gangguan gaib berupa penampakan ular siluman dengan ukuran yang sangat besar. Karena itulah akhirnya bangunan tersebut dibiarkan terbengkalai.

 

“Katanya ular siluman itu berupa Naga yang kepalanya sebesar mobil!” tegas Pak Kasman sambil bergidik.

 

Cerita yang sulit diterima akalini, setelah dilakukan penerawangan gaib, memang bukanlah hal yang berlebihan. Saat penulis melakukan kontemplasi, memangrterlihat gambaran kelam bangunan tersebut di masa lalu. Rupanya, selain menjadi markas Belanda, bangunan Ini juga kerap menjadi ajang eksekusi bagi warga pribumi yang dianggap membangkang oleh Kompeni.

 

Areal bekas tangsi Belanda itu memang telah menjadi semacam komunitas bangsa gaib. Apa yang disebutkan Pak Kasman tentar Naga itu juga benar adanya. Berdasarkan penerawangan penulis, ada dua dedengkot bangsa siluman yang bercokol, di samping makhluk-makhluk halus rendahan lainnya. Kedua dedengkot siluman itu yang satu bernama Ki Klower, berwujud seekor Naga bertubuh hitam legam. Sedangkan yang satunya bernama Pangeran Ki Ageng Pasopati, berwujud seekor Naga bertubuh biru. Sesungguhnya, kedua makhluk inilah yang menguasai secara absolut pusaka-pusaka yang terpendam di tempat itu.

 

Setelah berhasil menghimpun segenap Informasi, baik yang berasal dari sumber alam nyata maupun hasil penerawangan gaib, maka Misteri Kembali menemui Habib Syekh Husein bin Syekh Ahyad Al Adzomatulkhon. Setelah menyimak semua informasi yang dibeberkan penulis, sang guru barulah memberikan petunjuk-petunjuk penting untuk melakukan penyedotan. Diantaranya sang Guru menalarkan apa yana disebut sebagai Yanadat Mazmal, sebuah ilmu kesaktian yang hanya dimiliki oleh Pangeran Sutawijaya Gebang alias Ki Gede Gebang Dengan Ilmu warisan Mbah Kuwu Cakrabuana inilah Ki Gede Gebang dikenal sebagai tokoh sakti yang sanggup menaklukkan bangsa makhluk halus.

 

“Jadikan Syahadat Mazmal ini sebagai jurus pamungkas. Ingat, jika tidak d perlukan, jangan sekali kali Andika gunakan!” Pesan sang guru.

 

Sesuai waktu yang ditentukan, maka ritual penarikan pusaka pun stap dimulai. Sebelumnya, penulis telah menyiapkan berbagai sarana yang d perlukan, yakni: 2 botol Minyak Jakfaron Turki yang sebotol harganya puluhan Juta rupiah, Apel Jin, 7 macam Jajanan Pasar yang manis rasanya, serta kayu, daun, dan getah Cendana. Semua sarana tersebut harus diletakkan pada wadah berupa nyiru yang terbuat dari anyaman bambu.

 

Pas malam Selasa Kliwon, sekitar pukul 23.00 WIB, dengan cara sembunyi sembunyi, penulis mendatangi lokasi angker bekas tangsi Belanda itu. Kebetulan, malam itu udara sangat cerah dan bulan sedang purnama. Meski suasana begitu senyap dengan kesenyapan yang sanggup menghentikan aliran darah, namun penulis telah bertekad untuk tidak gentar menghadapi tantangan apapun.

 

Berharap tidak ada seorang pun tahu ritual yang akan dilakukan oleh penulis, maka penulis sengaja mengambil lokasi di dalam bangunan kecil yang diduga kuat sebagai bekas pos penjagaan, Letak bangunan kecil ini mungkin berjarak sekitar 7 meter dari bangunan Induk.

 

Setelah menunaikan Sholat Hajat 2 rakaat dan bertawasul kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, para malaikat, para wali dan para karuhun Cirebon, penulis pun mulai mengamalkan apa yang disebut sebagai Asma Qutho Qoshot warisan Mbah Kuwu Cakrabuana, Wiridan Asma Qutho Qoshot ini penulis lakukan sampai pukul 02,00 dinihari. Seusai itu penulis kembali meninggalkan areal perburuan pusaka dengan cara sembunyi-sembunyi, sebab ritual Ini salah satu pantangannya memang tidak boleh diketahul orang lain

 

Demikian terus penulis lakukan sampai tujuh malam berturut turut. Selama itu pula penulis harus melakukan Puasa Mutih, yakni puasa yang bukanya hanya diperbolehkan makan nasi putih dan minum air putih.

 

Jika pada malam pertama ritual dilakukan pada pukul 23.00 hingga pukul 02.00 dinihari, maka malam kedua hingga ketujuh dilakukan dari pukul 21.00 hingga pukul 02.00 dinihari, Perjalanan ritual ini pada awalnya seperti berlangsung lancar, meski hasil yang diharapkan tidak kunjung tiba.

 

Ya, sejak malam pertama hingga malam keenam, penulis tak menjumpai keanehan yang berarti, Yang menghampiri penulis hanyalah siluman-siluman kelas rendah, yang menggoda dengan berbagai adegan menyeramkan, yang mungkin bisa saja membuat orang yang tidak terbiasa melakukan ritual gaib akan kocar-kacir dibuatnya. Tetapi penulis sudah terlampau kebal dengan hal-hal semacam itu.

 

Memang, pada malam kelima, penulis dapat melihat penampakan sebuah batu menyerupai altar berwarna putih kecoklatan. Batu ini menyembul dari dalam tanah dengan gerakan sedemikian rupa, dan begitu sampai dipermukaan terlihat sangat jelas bahwa pada altar batu itu terdapat gambar berupa macan loreng atau macan lodaya yang tengah mengaum. Sayang, saat penulis bermaksud menangkapnya dengan power gaib, batu pipih ini langsung menghilang, seolah disambar sebuah kekuatan yang tak kasat mata.

 

Di malam keenam sebuah keadaan yang sangat menegangkan berlangsung. Sekitar 3 jam setelah penulis mengamalkan Asma Qutho Qoshot, tanah di sekitar tempat penulis berada tiba-tiba berguncang dengan hebat. Sebelum sadar dengan apa yang terjadi, terdengar satu suara yang membentak, “Anak manusia kurang ajar, berani-beraninya kau mengusik ketenanganku!”

 

Perlahan penulis membuka kedua belah mata, untuk melihat siapa gerangan pemilik suara sekeras gledek itu. Astagfirullahal’adziim Sekitar tujuh meter di hadapan penulis, mungkin persisnya pas di bangunan induk bekas tangsi Belanda itu, bercokol makhluk yang amat menyeramkan. Wujudnya berupa seekor Naga berwarna hitam jegam, dengan mata dan lidah merah menyala. Benar cerita Pak Kasman tempo hari. Kepala Naga ini besarnya mungkin sama dengan truk, sedangkan bagian tubuhnya yang lain tidak begitu jelas terlihat.

 

“Maafkanlah jika kedatanganku mengusik ketenangan Andika. Bukan itu yang menjadi tujuan saya. Maksud saya mengamalkan Asma Qutho Qoshot warisan Mbah Kuwu Cakrabuana di tempat ini hanyalah karena ingin mengambil warisan leluhur yang ada di sini, sebab saya ditugaskan untuk mengambilnya” jawab penulis sambil terus mengamalkan Asma Qutho Qoshot dengan Dzikir Qolbi.

 

Sang Naga yang bernama Ki Klower itu mendengus, sehingga hawa panas tubuhnya seakan-akan membakar seluruh alam di sekitar tempat itu.

 

“Jika itu yang menjadi tujuanmu, maka terlebih dahulu kau harus perang tanding denganku!” Sungutnya dengan suara keras membahana, sehingga tanah kembali bergetar.

 

“Bukan tujuanku untuk menebar kebencian dan angkara murka di antara sesama makhluk Allah. Namun, jika kau menghalangi niatku untuk mengambil harta pusaka peninggalan leluhur, maka perang tanding pun terpaksa harus aku jalani”

 

Persis seperti dalam film-film fantasi, demi mendengar ucapan penulis yang demikian, sang Naga mendengus sambil menyemburkan api dari dalam mulut dan lubang hidungnya. Syukur Alhamdulillah, berkat karomah dan kesaktian Asma Qutho Qoshot, tak sedikit pun api itu dapat menyentuh tubuh penulis. Kenyataan Inilah yang akhirnya membuat Ki Klower menghilang. Kepalanya yang sebesar truk itu seperti amblas ke dalam tanah.

 

Demikianlah adegan menyeramkan yang penulis alami di malam keenam. Dan di malam selanjutnya, yakni malam ketujuh, Ki Klower benar-benar mewujudkan ancamannya. Dia kembali muncul dengan kemarahan yang sepertinya tak bisa ditahan lagi.

 

“Semua bangsa siluman yang bercokol di tempat ini telah pergi karena tak kuat menahan serbuan hawa panas dari wirid yang kau amalkan. Kerajaan kami telah porak-poranda. Karena itulah, aku ingin melakukan perang tanding denganmu, sebelum kuberikan harta pusaka yang menjadi hakmu!” Bentak Ki Klower dengan suara keras membahana bagai petir memecah angkasa.

 

Tanpa menunggu jawaban penulis, dengan gerakan yang sulit diceritakan lewat kata-kata, Ki Klower langsung menyerbu. Penulis yang telah dibentengi oleh gaib sudah barang tentu dapat mengantisipasi serangan itu. Semuanya dapat terjadi karena bantuan Khodam dari Asma Qutho Qoshot, sebuah ilmu warisan Mbah Kuwu Cakrabuana yang sangat langka pemiliknya.

 

Jika saja malam itu ada orang lain yang menyaksikan pertarungan antara penulis dengan Ki Klower, entah pemandangan apa yang akan disaksikannya. Yang jelas, penulis benar-benar merasakan pertarungan ini dalam dimensi fisik, bukan dalam dimensi astral. Akan tetapi amat sulit bagi penulis untuk menceritakannya dengan untaian kalimat dan kata-kata, sebab pertarungan tersebut memang tidak sepenuhnya berada dalam kesadaran penulis. Dalam artian, ada kekuatan lain yang sifatnya gaib, yang membantu setiap gerakan penulis baik saat menghindar maupun saat melakukan penyerangan.

 

Ya, Itulah yang terjadi, sampai pertarungan sengit itu berlangsung selama berjam-jam lamanya. Buktinya, hampir semua tenaga penulis terkuras habis. Dan di saaat-saat yang teramat genting, penulis mendengar bisikan gaib agar segera merapai apa yang disebut sebagai Syahadat Mazmal. Ajaibi Saat penulis merapal ilmu yang amat dirahasiakan Ini, tiba-tiba Ki Klower menjerit setinggi langit.

 

Dia seperti terbakar oleh semburan api yang bersuhu sangat panas. Sekejap kemudian tubuhnya yang besar Itu seperti tersedot masul ke dalam tanah, latu menghilang bersamaan dengan suara jeritarinya yang semakin tenggelam. Apa yang terjadi setelah itu?

 

penulis merasakan keadaan alam di sekeliling menjadi gelap-gulita. Seluruh persendian bagai telah dilotosi dari tempatnya. Walau sekuat tenaga berusaha untuk tetap tegar, namun akhirnya penulis roboh dan tak sadarkan diri…

 

Gerimis pagi itu seperti sentuhan fembut seorang ibu yang membangunkan anaknya dari tidur lelap. Ya, penulis terjaga dengan tubuh tertindih oleh sebuah lempenaan batu berwarna putin kecoklatan. Di sekeliling penulis nampak juga benda-benda lain berupa bokor-bokor kuningan dengan bentuk yang amat artistik. Subhanallah! Mungkin inilah bendabenda pusaka yang dimaksudkan itu.

 

Di hari-hari yang selanjutnya, penulis akhirnya tahu bahwa lempengan batu putih kecoklatan yang menindih penulis itu tak lain dan tak bukan adalah apa yang disebut sebagai Dhampar Pasir Intan, yang diduga sebagai marmer atau giok dari kerajaan Cina. Benda bernilai tinggi ini diduga bisa berada di tanah Jawa adalah karena dibawa oleh Putri Ong Tien dalam perjalanannya ke Cirebon guna bertemu Syekh Syarif Hidayatullah, kekasihnya. Sementara, wadah-wadah kuningan yang antik itu Juga diperkirakan berasal dari negeri Cina.

 

Demikianlah sebuah pengalaman cukup menegangkan yang dilakoni oleh penulis. Tentu Semua ini dapat penulis jalani karena Izin dan kehendak Allah semata, sebab sesungguhnya penulis hanyalah seorang hamba yang doif, yang penuh dengan kekurangan.

 

Hampir dua tahun lamanya Dhampar Pasir Intan menjadi koleksi pusaka kesayangan Misteri, Namun, sesuai dengan petunjuk gaib yang penulis terima, sudah saatnya pusaka ini penulis lepas kepada seseorang yang berjodoh dengannya. Dengan alasan itulah penulis menuliskan kisah perburuan Dhampar Pasir Intan untuk majalah kesayangan kita Ini. Sekedar informasi, Dhampar Pasir Intan menyimpan kekuatan gaib untuk menyedot rejeki, kewibawaan, pengasihan dan lain sebagainya. Sehingga, benda antik Ini amat cocok dimiliki oleh para pemimpin dan usahawan. Wallahu a’lam bisaawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Solusi Kyai Pamungkas: RITUAL ILMU PEMUTUS CINTA

KyaiPamungkas

Panggonan Wingit: RAJA JIN DI LEMPUYANG, INDRAMAYU

KyaiPamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: TELUH PENGHANCUR KELUARGA

adminbomoh
error: Content is protected !!