Kisah Kyai Pamungkas: MISTERI DI ATAS SAMUDERA HINDIA
Sampai kini aku tak tahu, yang kulihat dulu itu apakah kuda terbang penghuni Gunung Keureutu atau piring terbang yang biasa disebut dengan istilah UFO? Atau, mungkinkah itu penghuni gaib Samudera Hindia…?
Malam terasa sunyi sekali dan di sekitarku hanya kegelapan yang tampak. Tiba-tiba mobil yang kusetir mogok di jalan yang membelah lereng Gunung Keureutu. Pada siang hari, pemandangan di sekitar tempat ini sungguh indah sekali. Di bawah sana, kalau ada kapal yang sedang berlayar, akan kelihatan seperti sebesar korek api saja.
Namun, sangat bertolak belakang dengan kenyataan di siang hari, pada malam hari, apapun tidak akan kelihatan dari tempat ini. Di mana-mana hanya gelap yang menyungkup. Dan aku jadi bingung tidak karuan, sebab senterpun tak pula kubawa. Terpaksalah aku menunggu, kalau-kalau ada mobil atau truk yang lewat dari Banda Aceh ke Meulaboh, atau sebaliknya.
Aku duduk menyandar ke salah satu batu gunung. Lalu kunyalahkan mancis dan kubakar sebatang rokok, kuhisap kuat-kuat. Tiba-tiba aku tersentak, Seberkas cahaya terang berwarna kebiru-biruan mendadak muncul di atas Samudera Hindia. Tak lama kemudian, seperti torpedo kapat selam yang ditembakkan dari dalam lautan, tiba-tiba sebuah benda bercahaya keperak-perakan menerobos dari dalam laut.
Benda tersebut terang berputar-putar di atas permukaan laut, di sekitar tempat munculnya tadi.
“Piring terbang! Pastilah itu piring terbang!” teriak hatiku dengan mata melotot memperhatikan pesawat asing yang baru pertama kali itu kulihat.
Tak lama kemudian, dari dalam laut yang diterangi cahaya benderang itu muncul sebuah benda berwarna hitam, yang ternyata kapal selam. Menurut dugaanku, kapal tersebut sengaja muncul ke permukaan laut.
Apa yang terjadi selanjutnya di atas laut sana, aku tak mengetahui secara pasti. Yang jelas, tidak lama setelah itu piring terbang pergi dengan kecepatan tinggi. Dan anehnya, kian lama kian mendekatiku. Sungguh tak kuduga sama sekali kalau piring terbang tersebut ternyata tahu tempat keberadaanku. Menyadari kenyataan itu, mendadak sontak sekujur tubuhku gemetar karena rasa takut yang menjalar begitu cepat.
Hanya dalam waktu sekejap saja pesawat itu sudah berada di atasku. Angin yang ditimbulkannya bukan main besar sekali. Aku tidak bisa melarikan diri. Kakiku bagaikan diberati besi ribuan kilogram. Dan lagi, cahaya piring terbang itu sangat menyilaukan mataku. Dalam kondisi genting itu aku tak bisa berbuat apa-apa lagi.
Detik berikutnya, kulihat ada semacam tangga tali yang diturunkan dari pesawat. Seperti tali plastik yang mengabur dalam udara. Dan melalui tangga itulah dua makhluk yang bukan manusia bumi turun, lalu mendekatiku.
“Siapa kamu?” tanya salah seorang dari makhluk aneh tersebut. Aku ingin menjawab, namun mulutku bagai terkunci. Sementara mataku nanar memperhatikan tubuh mereka yang seperti terbuat dari besi beton, namun gerakannya lincah sekali.
“Katakan siapa kamu?!” bentaknya.
Karena aku tetap membisu, mereka menyangka aku tak mau menyahutinya. Salah seorang makhluk itu lalu mencabut semacam pistolnya, dan menembakkannya ke arah batu gunung. Seketika itu juga, suatu pancaran sinar seperti laser, keluar dari ujung senjata tersebut, Hasilnya sungguh sangat mengerikan. Kulihat batu gunung yang kuat dan kokoh, yang berada di bibir jurang di tepi jalan, tiba-tiba melumer jadi butiran-butiran debu. Aku benar-benar bergidik melihatnya.
“Sekarang, katakan siapa kamu?!” bentak makhluk itu lagi.
Aku berdiri, dan mulutku tergagap-gagap. Agaknya, mereka men bahwa aku ingin menjawab tapi suara tersekat dikerongkongan. Salah satu dari mereka mengusap pundakku. Terasa ada hawa dingin yang menjalar ke sekujur tubuhku sehingga bisa sedikit tenang.
“Aku Cikmat,” akhirnya aku berhasil juga mengeluarkan suara.
Kedua makhluk asing itu tampak mengernyitkan kening, kemudian saling berbisik satu sama lain. Aku tak tahu, apa yang mereka percakapkan. Sebab bahasa yang dipergunakan tidak kupahami sedikitpun. Namun anehnya mereka bisa juga menggunakan bahasa Indonesia.
“Apakah kamu mata-mata?” tanya salah seorang di antara mereka.
Aku cepat menggeleng, “Bukan,” kataku memastikan.
“Lantas, mengapa malam-malam begini kau berada di sini?”
“Mobilku mogok. Aku tak tahu apa penyebabnya.”
“Kau tadi menyaksikan kapal selam?”
Aku mengangguk. “Ya!” kataku memastikan lagi.
“Kemana perginya kapal selam tersebut?”
Aku menatap ke kejauhan. Sekarang, yang kelihatan hanya gelap malam yang tak tertembus oleh mataku. “Aku tak tahu,” jawabku kemudian. “Aku tidak berbohong, betul-betul tidak tahu. Dan aku bukan mata-mata. Percayalah padaku,
Tiba-tiba salah satu makhluk itu mengeluarkan semacam semprotan, lalu diarahkan kepadaku.
“Ampun,” pekikku. “Kasihanilah aku, jangan bunuh diriku.”
Namun mereka tidak menyahutiku. Dan kemudian, suatu sinar yang benderang tiba-tiba menyorot tajam ke mukaku.
Aku memekik sambil menutup mata dengan kedua telapak tangan. Rasanya sakit sekali. Dan setelah itu, aku tidak melihat kedua makhluk tersebut, sebab pandangan mataku tidak dapat melihat apapun. Sambil menangis, aku kembali bersandar ke batu-batu gunung.
“Cikmat… Cikmat!” akhirnya sayup-sayup kudengar namaku dipanggil. Perlahan-lahan aku membuka mataku. Aneh, sekarang aku dapat melihat kembali, segala-galanya bisa kulihat.
“Ada apa?” tanyaku heran, ketika kulihat sejumlah orang mengerubungiku.
“Apa yang telah terjadi padamu?” tanya seorang tua, yang nampaknya telah memberikan air penawar padaku. Aku memijit-mijit keningku, berusaha mengingat kembali kejadian semalam yang menimpaku. Setelah benar-benar ingat, barulah aku menceritakan pengalamanku.
Semua orang tampak berbisik-bisik, setelah mendengar pengakuanku. Melihat sorot matanya, seolah-olah mereka Itu bertanya, “Apakah benar?”
Esok paginya, dengan mobilku sendiri, kutunjukkan tempat dimana aku melihat piring terbang dan kapal selam itu. Malahan, debu yang berasal dari batu gunung yang ditembak makhluk aneh itu, masih kelihatan di bibir jurang seperti kapur yang diserakkan untuk garis pada lapangan bola.
“Mobil penumpang dari Meulaboh mendapatkanmu sedang menangis sambil menutup muka,” kata Pawang Amat Jeunieb yang tadi malam memberiku air penawar.
“Ternyata mobilmu kehabisan bensin. Kenek bus itu lalu mengisikan bensin ke mobilmu. Apakah tak keliru pandanganmu tentang piring terbang, kapal selam dan makhiuk asing itu?”
“Tidak,” kataku cepat.
“Barangkali, yang kamu katakan piring terbang itu tidak lain dari kuda terbang,” kata Pawang Amat Jeunieb kemudian.
“Sebab, kuda terbang itu adalah penghuni Gunung Keureutu. Ia terbang mengangkut emas dari perut gunung dan menerbangkannya ke perahu di Samudera Hindia. Itulah misteri yang sudah dipercayai dari zaman nenek moyang kami, meskipun belum pernah menyaksikannya. Menurut cerita, siapa yang menyaksikan Kuda terbang itu matanya akan buta.”
Aku terkejut. “Memang, mataku sempat buta sebentar sesudah ditembak oleh makhluk itu,” selaku.
“Dan menurut kisah nenek moyang kami, siapa yang pernah bertemu dengan kuda terbang pengangkut emas itu, selain buta juga tubuhnya akan jadi lumpuh,” sambung Pawang Amat Jeunieb.
“Aku ternyata tidak jadi buta. Tapi kakiku memang sempat memberat, sampai aku tak bisa lari,” jelasku.
Sampai bertahun-tahun kemudian, pengalamanku itu tak pernah hapus dari pikiranku. Dan setiap kali aku pulang ke Tapaktuan melewati lereng Gunung Keureutu, tak lupa berhenti sebentar untuk memandangi Samudera Hindia. Namun, sampai kini aku tak tahu, yang kulihat di sini dulu itu apakah kuda terbang penghuni Gunung Keureutu atau piring terbang yang biasa disebut dengan istilah UFO? Atau, mungkinkah itu penghuni gaib Samudera Hindia? Entahlah, yang pasti, Demi Allah aku telah mengalami keanehan yang sulit diterima nalar ini. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)