Cerita Featured Kisah Kyai Pamungkas Uncategorised Uncategorized

Kisah Kyai Pamungkas: GAIRAH ARWAH DEWI MALAM

Kisah Kyai Pamungkas: GAIRAH ARWAH DEWI MALAM

Arwah Dewi yang mati bunuh diri dalam Keadaan mengandung tidak hanya bisa berubah menjadi wanita cantik. Arwah itu kerap juga berubah menjadi ayam jadi-jadian…

 

Di Kota Tegal Semaya, Kabupaten Indramayu, waktu itu Pardi tinggal bersama isteri yang belum lama disuntingnya, Indarti. Di rumah mertuanya itu Pardi disuruh tinggal sementara sambil menunggu kelahiran anak yang masih dikandung isterinya.

 

Rumah tua yang cukup luas menghadap ke kali dan perkuburan itu memang terlihat agak angker, ditambah lagi di samping kiri kanan rumah juga ada kebun cukup luas, di belakang paling angker dengan pohon-pohon tinggi yang membatasi persawahan. Konon, di tengah sawah itu masih terlihat gundukan tanah kuburan Nyi Ronggeng, yang ceritanya mati dikubur hidup-hidup bersama pemain gamelannya. Dan pada hari-hari tertentu Pardi pernah mendengar suara gamelan. Padahal saat itu tidak ada hajatan di wilayah desanya.

 

Bersama bergantinya hari kandungan isteri Pardi semakin besar. Hal ini membuahkan kebahagiaan tersendiri buat Pardi dan isterinya. Tak kecuali mertua Pardi yang tampak begitu memanjakan putrinya.

 

Namun hari-hari berjalan itu, Pardi merasakan susah tidur. Hingga ia sering mendengar genting di atas kamarnya bagai dicakar-cakar ayam, kadangkala terdengar lolongan anjing di kejauhan. Saat itu terdengar detak jam dua belas tepat, yang membuat Pardi merinding bulu kuduknya justru suara burung hantu di samping rumah. Bersebelahan dengan kamarnya. Kalau sudah begitu Pardi hanya bisa memeluk isterinya erat-erat.

 

Pada hari-hari tertentu Pardi memang harus ke Jakarta menyetor dagangannya. Paling tidak ia juga meminta uang dan dagangannya yang terjual di pasar Jatinegara. Hari itu Pardi bertemu dengan teman lamanya satu kampung, hingga mereka asyik ngobrol tanpa menghiraukan waktu yang terus berjalan. Hingga malamnya Pardi baru naik kendaraan menuju pulang.

 

Sampai di Karang Ampel Pardi berganti angkot yang mengarah ke Tegal semaya. Di tengah perjalanan, angkot berhenti, naik seorang wanita berambut panjang, dia ambil bangku dangan duduk divderetannya. Pardi Sempat mencium bau parfum wanita cantik itu. Dengan berjalannya kendaraan itu melaju sekali-sekali Pardi melirik Wanita itu, membuatnya berdebar hatinya karena saat itu pandanganvmereka selalu beradu. Ya rupanya wanita di sampingnya sering meliriknya juga.

 

“Akang mau kemana?” tiba-tiba wanita itu menegurnya.

 

“A… anu Tegal Semaya” ujar Pardi,

 

“Berarti kita bertetangga! Nama saya Dewi!”

 

Pardi menatap wanita itu seraya mengernyitkan dahinya, ia mencoba mengingat-ingat barang kali memang dia mengenal wanita yang mengaku bertetangga.

 

“Saya kok kayaknya belum pernah melihat Neng Dewi!”

 

Dewi tertawa, tapi terlihat bagai menyeringai. Aneh tiba-tiba perasaan Pardi begitu meremang bulu kuduknya.

 

“Masa tidak kenal dengan Dewi? Malah saya tahu isteri kakang sedang mengandung kan?”

 

Pardi mengangguk.

 

“Jadi saya kurang perhatian selama ini, kalau boleh tahu Neng Dewi tinggal di sebelah mana?”

 

“Ach, itu masa lalu!”

 

Ucapan aneh itu terasa sekenanya, Karena kendaraan telah sampai di wilayah Tegal Semaya, Pardi tidak begitu memikirkan jawaban itu.

 

Dewi lebih dulu turun diikuti Pardi yang segera membayar ongkos. Saat Pardi menunggu kembalian uangnya, Dewi telah terlebih dulu melangkah. Aneh, selesai menerima kembalian Pardi terkejut karena ia tidak melihat wanita cantik yang mengaku bernama Dewi Malam itu.

 

Dengan langkah tergesa dan berdebar-debar akhirnya sampai juga Pardi di teras rumah mertuanya. Yang membuatnya aneh saat ia hendak menuju pintu muka rumah ia melihat seekor ayam betina mengibaskan ekornya ke pintu. Ayam itu berlalu saat Pardi mendekatinya. Walau cuma sepintas Pardi masih sempat melihat ayam itu tidak mempunyai patut.

 

Tapi Pardi tidak terlalu menghiraukan keanehan ayam itu karena rasa kantuknya tiba-tiba begitu menggayuti perasaannya, tak terlalu lama setelah mengetuk pintu Pardi dibukakan oleh adik iparnya, Si Awang, Pardi tidak banyak ngomong terus saja ia menuju kamar isterinya.

 

Ternyata sang isteri sedang duduk menghadap ke dinding, Pardi tersenyum senang melihat isterinya masih bangun, menanti dirinya.

 

“Ternyata kamu belum tidur,” cakap Pardi seraya mengunci kamarnya.

 

Saat ia membuka kemejanya, ia terkejut bukan main. Ternyata wajah isterinya yang mengandung itu bukan wajah Indarti tapi wajah Dewi Malam yang tadi satu perjalanan di angkot.

 

“Siapa kau?” tanya Pardi, gugup.

 

“Yang, ini aku isterimu!”

 

Pardi menggeleng lemah, Sendi-sendinya terasa bergetar dan tengkuknya cemas, ya merinding. Ia ingin membalikan tubuh berlari keluar tapi kakinya seperti tertancap pada lantai.

 

“Kenapa kau ketakutan Seperti itu? Pandanglah aku, Kang!”

 

Pardi mengucek-ngucek matanya. Aneh, ternyata yang ada di hadapannya itu adalah isterinya Indarti. Rasa takutnya berkurang. Ia terus mendekati isterinya, tercium bau wewangian seperti ia pernah menciumnya di angkot tadi.

 

Untuk melupakan penglihatannya yang tadi seperti berhalusinasi Pardi merebahkan diri di samping isterinya yang masih duduk, kemudian isterinya mendekapnya, menindih dirinya dengan perut gendutnya itu. Menciumi wajah dan leher Pardi dengan buas. Entah kenapa Pardi terpancing, sampai mereka kelelahan.

 

Saat Pardi bangun pagi harinya, memang ia tidak lagi merasa heran kalau isterinya sudah tidak lagi disampingnya. Pastinya Indarti ada di dapur membantu ibunya memasak. Ia segera menyambar handuk, kemudian ke sumur di belakang rumah.

 

Di waktu siang hari sumur itu memang selalu sepi, hanya saja kadang-kadang sering beberapa tetangga yang mempunyai kebun dekat rumah itu meminta air untuk menyiram tanaman. Seperti yang dilakukan Pak Warto saat itu sedang nimba air di sumur.

 

“Baru bangun, Mas Pardi?” tanya Pak Warto.

 

“Iya, Pak! Saya kesiangan, habis semalam dari Jakarta sih!”

 

Tiba-tiba Pardi ingat wanita yang bernama Dewi Malam. “Pak apa di dekat-dekat sini ada seorang yang bernama Dewi Malam?”

 

“Dewi Malam?” Pak Warto kebingungan.

 

“Dulu sih ada tetangga kita yang tinggal di seberang sawah itu bernama Dewi. Tapi Nak Dewi putrinya Mak Bibah telah bunuh diri dalam keadaan mengandung.”

 

Wajah Pardi seketika pucat pasi. “Anaknya cantik, Pak?

 

“Ya, begitulah tapi sayang lelaki yang menghamili tidak bertanggung jawab: Mungkin karena malu dia nekad bunuh diri!” Sekujur tubuh Pardi terasa merinding mendengar cerita itu.

 

Selesai mandi dan berganti pakaian, pagi itu Pardi santai di ruang tamu. Seperti biasa isterinya akan menyediakan kopi. Tapi kali ini mertua perempuannya yang menyediakan kopi di meja ruang itu.

 

“Kok Darti belum pulang juga, ya?” kata sang mertua.

 

“Lho, memangnya kemana, Bu?” tanya Pardi, kaget.

 

“Sejak kemarin sore Wiwiek mengajak nginap di rumahnya!”

 

Pardi nyaris terperanjat. Lantas siapa yang tadi malam tidur dengannya? Pardi benar-benar tak habis pikir.

 

Siang itu Pardi punya alasan pamit untuk menjemput isterinya di rumah Sepupunya, Wiwiek, yang tinggal tidaklah terlalu jauh dari rumah mertuanya itu. Tapi Pardi tidak langsung ke rumah Wiwiek. Ia justru mampir dulu ke rumah Jujun, temannya yang lebih dulu menikahi orang wilayah itu, dari Jujun pula Pardi mengenal Indarti.

 

Jujun menyambut Pardi dengan gembira. Mereka kemudian ngobrol di pekarangan rumah. Omong punya omong akhirnya Pardi menceritakan apa yang dialaminya malam tadi.

 

“Ceritamu hampir mirip dengan kejadian yang aku alami, justeru aku lebih seram lagi karena aku dibawa hantu itu bercinta di kuburan!” cetus Jujun setelah mendengar cerita Pardi.

 

“Kapan kejadiannya?”

 

“Ya seperti juga kamu. Saat isteriku mengandung pertama. Aku tidak menyadari kalau saat kandungan isteriku sedang diburu ayam jadi-jadian. Untung Mak Utak sepupu mertuaku memberi tahu kalau setiap kandungan bayi lelaki selalu diincar ayam jadi-jadian.”

 

Pardi tercenung. “Aku jadi ingat dengan seekor ayam yang sering mencakar-cakar genting dan ayam semalam kutemui tidak mempunyai patuk!”

 

“Apa ayam itu tidak punya patuk?” Jujun melongo. “Hati-hati, Par! KanGdungan isterimu sedang diincar!”

 

Mendengar penjelasan dari Jujun, Pardi segera menjemput isterinya di rumah Wiwiek. Setiba di sana Pardi merasa lega karena Indarti tidak kurang sesuatu apapun.

 

Hingga suatu Maghrib keadaan samping rumah ribut-ribut. Pardi segera datang. Ternyata kedua mertuanya sedang mendekap Indarti yang berjalan kesakitan menuju beranda rumah.

 

“Ada apa…?” tanya Pardi, gugup.

 

“Isterimu sedang diincar ayam jadi-jadian. Untung adikmu Awang mengetahuinya. Sekarang dia sedang mengejar ayam itu!” jelas ayah mertuanya. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: HANTU LIDAH PANJANG

KyaiPamungkas

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: MEMANGGIL REZEKI

KyaiPamungkas

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: TIGA HARTA

KyaiPamungkas
error: Content is protected !!