Cerita Featured Kisah Kyai Pamungkas Uncategorised Uncategorized

Kisah Kyai Pamungkas: ASAL-USUL ORANG NIAS

Kisah Kyai Pamungkas: ASAL-USUL ORANG NIAS

Asal-usul keberadaan orang Nias memang masih sangat misterius. Menurut sebuah kepercayaan. orang Nias dikatakan berasal dari langit, yang turun ke bumi untuk membangun sebuah kerajaan budaya megalitik. Membangun manusia untuk melaksanakan ritual kehidupan yang diambil dari batu gunung.

 

Dari berbagai informasi dan sumber yang didapat penulis, asal-usul orang Nias memang memiliki perbedaan dengan orang Mandailing, misalnya.

 

Tabir asal-usul orang Nias merupakan misteri yang perlu diungkap, sehingga dapat kita temukan jawaban mengapa keberadaan orang Nias memiliki sejarah yang unik dan bernilai tinggi.

 

Meski asal-usul orang Nias sampai sekarang ini masih kabur, namun demkian jika dilihat dari bentuk fisiknya, misalkan saja dengan melihat raut mukanya maka amat mirip dengan peranakan Indocina.

 

Wajah-wajah mereka bisa dilihat pada zaman 40.000 tahun sampai 2000 tahun SM. Ketika terjadi perpindahan penduduk Indocina yang disebut Melayutua/Proto Melayu (Mongoliden) ke arah Selatan.

 

Salah satu kelompok itu pindah ke Burma. Ada yang tinggal menetap di sana dan menjadi Suku Naga, dan ada pula yang disebut suku Hassir, Sebagian dari mereka juga ada yang berlayar melalui lautan Andaman, dan lautan Indonesia, untuk kemudian mendarat di tanah Nias menjadi nenek moyang orang Nias tahap pertama.

 

Berdasarkan teori yang dibahas uncaraningrat melalui informan-informan mengenai anak tertua Molo yang menjadi pengganti ayahnya, kita semua mengetahui bahwa garis keturuna suku Nias adalah Partrilineal yaitu garis keturunan dari ayah.

 

Penentuan ini sangat erat hubungannya dengan pelaksanaan ritus agama yang dikenal dengan nama Ta atau Molege Adu. Dalam bahasa Indonesi bisa diartikan Menyembah Patung, Dan ai religi Nias, terutama di Maenamolo, patun am nenek moyang (Adu Zatua, Adu Nama atau Adu Numfu-lain Adu Nuwu) yang berarti patung paman adalah hal yang sangat prinsip di dalam kehidupan religi menyembah patung tersebut.

 

Budaya megalitik di Nias datang waktu itu karena orang pendatang dan penduduk Nias asli yang mendiami kepulauan Nias memang telah mampu membentuk budaya megalitik yang datang dari leluhurnya. Kemudian mereka bentuk berdasarkan pada budaya lokal.

 

Cerita tentang Nias terus berkembang. Terutama karena ketertarikan serta kebutaan terhadap asal-usul orang Nias itu sendiri. Sehingga para ahlil seperti James Dananjaya menyebutkan, orang Nias adalah dari Thiongkok Selatan atau paling sedikit dari Vietnam. Indikasinya adalah karena warna kulit serta bentuk mata dengan lipatan Monggolmua sukar dibedakan dengan orang Cina totok. Ini dapat dilihat di daerah Assam.

 

Kehadiran megalitik Nias memang secara langsung berkaitan dengan asal-usul orang Nias itu sendiri. Apalagi daerah kepulauan yang saat itu maju pesat dan berkembang di Nias Selatan sebagai pengembang kebudayaan megalitik, maka terjadilah urbanisasi kebudayaan yang menjadi simbol kehidupan bangsa Nias.

 

Sebagai daerah kepulauan yang hidup ratusan tahun dan sampai sekarang ini terus berkembang. Daerah yang mempunyai gaya megalitik benar-benar tumbun dan berkembang sebagai tanaman kehidupan yang berkait langsung dengan tatanan kebudayaan itu sendiri.

 

Orang Nias yang tinggat dahulu kala, memang sangat berkualitas. Ini dapat dibuktikan dengan lahirnya budaya megalitik. Namun sekarang ini mampuhkan orang Nias membangun budaya megalitik tersebut?

 

Pertanyaan ini tidak harus dijawab. Yang jelas budaya megalitik Nias memang nilainya sangat tinggi sekali. Dari segi bahasa, para ahli setuju mengatakan bahwa bahasa Nias termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Dan ras Njas termasuk ras Asiatic.

 

Blumenbach, seorang ahli terkenal menyebut atau menyamakan ras Asiatic dengan ras Malaya. Lebih jauh dikaitkan olehnya bahwa semua suku bangsa yang berbahasa Melayu masuk dalam group Mongoloid. Dan Mongoloid ini berasal dari Cina bagian Utara.

 

Ras Nias berbeda dengan ras Batak.

 

Jadi berdasarkan dari buku sejarah ringkas Tapanuli, suku Batak (M.Hutauruk SH, 1987) orang Nias bukanlah orang Batak, tetapi serumpun di dalam Melayu Polynesia (Austronesia) sebagaimana dengan tegas dan jelas tidak ada persamaan dari segi muka dan fisik.

 

Melihat asal-usul orang Nias, memang saat itu orang yang pintar dengan pemukim di pulau Nias menjadikan budaya megalitik Nias berasal dari budaya lokal bukan dari unsur asing.

 

Budaya megalitik sebagai penjelmaan nilai-nilai masyarakat untuk dijadikan momentum tatanan kehidupan bermasyarakat, sehingga dijadikan lambang masyarakat Ono Hina atau masyarakat Nias pada waktu itu, sejalan dengan kehadiran mereka sebagai upaya bukti kemampuan dari leluhurnya dan diaplikasikan di tempat mereka berada.

 

Jadi bukan nenek moyangnya saja yang mampu, tetapi cucu-cucu mereka juga bisa berbuat seperti nenek moyang asal Nias tersebut.

 

Menurut kepercayaan Purba, suku Nias diturunkan dari langit. Mitosnya, jutaan tahun sebelum ada langit dan bumi sudah ada Sihai. Apa yang disebut Sihai ini tidak mempunyai ibu dan ayah, tidak kawin tetapi mempunyai telinga dan hidung yang tak terhitung jumlahnya. Sihai tidak mati dan tinggal menetap di awang-awang.

 

Mula-mulai Sihai menciptakan bumi dan benda-benda di atas langit termasuk setan dan segala macam penyakit. Kemudian Sihai menciptakan sepasang manusia laki-laki dan perempuan.

 

Laki-laki bernama Mosilaowa dan seorang perempuan bernama Sibolouwa. Kedua insan ini dikawinkan menjadi suami isteri dan melahirkan anak. Anak itu bernama Tuha Sogomigomigomi,

 

Tuha Sahononohono dan Tuha Sidunia Lalombawa.

 

Keturunannya yang ke-40 bernama Sirao. Sirao menjadi raja di Teteholianasia. Raja Sirao mempunyai tiga orang permaisuri dan sembilar orang putera. Putera-putera Sirao setelah melalui pertandingan akhirnya puteranya yang bernama Loumewona ditetapkan berhak menjadi putera mahkota.

 

Puteranya yang delapan orang lagi meminta tempat kediaman dan kedudukan. Di antaranya sembilan putera Raja Sirao hanyalah empat orang yang pindah ke tanah yang telah ditentukan dan satu orang cucunya.

 

Jadi yang menjadi pribumi Tano Niha atau Tanah Nias adalah lima orang nenek moyang yang masing-masing bernama: Hia, Gozo, Hulu, Daeli dan Zebua. Asal-usul Nias ini dapat dilihat melalui Hoho (syair) dari Ere Hoho (pujangga) Ere Hoho yang menceritakannya dalam bentuk puisi.

 

Suku Nias berasal dari anak Sifao tadi yang mula-mula mendiami Tano Niha yaitu yang Nidada (diturunkan) dari Teteholina’a, maksudnya adalah langit ke Tano Niha.

 

Penduduk pulau Nias yang merupakan penduduk asli yang berdiam di sebelah barat pulau Sumatera, belum pernah terpengaruh oleh kebudayaan lain seperti Hindu, Kristen, maupun Islam. Kebudayaan Nias berlandaskan kepada kebudayaan megalitik yang telah berada mantap semenjak zaman perunggu dan telah mengembang menjadi suatu kepribadian tersendiri, dengan suatu seni bangunan yang indah.

 

Lama sebelum orang Belanda mengunjungi Nias untuk pertama kalinya yakni pada tahun 1669, orang Nias telah banyak berdagang dengan orang Aceh dan Melayu. Kebudayaan Nias (Ono Niha) yang berciri megalit mempunyai keunikan yang sangat istimewa, hai mana tercermin di berbagai aspek seperti sastra (Hoho), arsitektur rumah adat, adat istiadat, ukiran (seni rupa), seni tari dan lainnya.

 

Daerah Kabupaten Nias merupakan daerah terpencil di sebelah Barat pulau Sumatera. Dari keterpencilannya ini mengakibatkan kebudayaan Suku Ono Niha (Nias) sangat tertutup dari sentuhan kebudayaan asing dari luar. Karena itu kebudayaan daerah Nias yang meliputi tata krama, adat istiadat, kepercayaan, sosial budaya dan lainnya terkesan sangat khas.

 

Keasliannya terletak pada tradisi megalitik berupa kebudayaan material yang terlihat dalam bentuk peninggalan purbakala berupa batu dan kayu bentuk patung.

 

Van Heine Gelder (Sarjana Bangsa Jerman) tahun 1915, menyebutkan bahwa suku Nias itu sebagai “Living Megalithic Culture” yang selanjutnya didukung oleh seorang sarjana bangsa Belanda, Van der Hoop tahun 1938 dan Van Hukumn tahun 1958.

 

Pada kenyataannya para wisatawan mancanegara dan bahkan wisatawan Nusantara sangat tertarik terhadap obyek dan sejarah budaya Ono Niha. Kebudayaan megalit ini menurut penelitian beberapa orang Arkeologi Nasional ternyata merupakan kebudayaan megalitik tertua di Indonesia (masa 3.000 – 500 tahun SM) yang ditinggalkan oleh leluhur suku Ono Niha yang diturunkan pertama di Boro Nadu Gomo (Borota Niha). Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: MISTERI BATU KUJANG

adminbomoh

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: SEKOLAH ITU SUNAH, BELAJAR ITU WAJIB!

KyaiPamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: TAK BERDAYA KARENA SANTET MANTRA

KyaiPamungkas
error: Content is protected !!