Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: Tak Perlu Menangkap Bola yang Dilempar
Benjamin Shield, mengajarkan pelajaran yang sangat berharga ini. Sering kali konflik batin kita berasal dari kecenderungan kita untuk mencampuri masalah Orang lain: seseorang melemparkan masalahnya kepada kita dan kita beranggapan harus menangkapnya, dan memberi respons. Sebagai contoh, Anda sedang sangat sibuk dan teman Anda menelepon dengan suara yang putus asa dan berkata, “Ibuku membuatku sinting. Apa yang harus kulakukan!” Bukannya berkata, “Aku benar-benar ikut prihatin, tapi aku tak tahu harus menyarankan apa.” Anda otomatis menangkap bola itu dan berusaha memecahkan masalahnya. Kemudian belakangan Anda merasa stres atau sebal karena tak bisa memenuhi jadwal dan bahwa setiap orang rasanya menuntut perhatian. Sangat mudah untuk tak mengindahkan keinginan Anda berpartisipasi dalam drama kehidupan Anda sendiri.
Ingatlah terus-menerus bahwa tak perlu menangkap bola adalah cara yang efektif untuk mengurangi stres dalam kehidupan. Bila teman Anda menelepon, Anda dapat menjatuhkan bola, yang berarti Anda tak perlu berpartisipasi hanya karena ia mencoba memancing Anda untuk menghadapi masalah itu. Bila Anda tidak menangkap umpannya, orang itu mungkin akan menelepon orang lain untuk mencoba melibatkan mereka dalam masalahnya.
Bukan berarti kita tak pernah boleh menangkap bola, tapi ada pilihan untuk tidak melakukannya. Juga bukan berarti kita tak mau memberi perhatian pada teman, atau tak bersedia membantu. Mengembangkan pandangan hidup yang lebih tenang mensyaratkan kita mengetahui batas kemampuan kita dan bertanggung jawab atas bagian kita dalam proses itu. Kebanyakan dari kita kelewat sering menangkap bola yang dilemparkan kepada kita di tempat kerja, dari anak-anak, teman, tetangga, tenaga penjual, bahkan orang tak dikenal. Bila saya menangkap semua bola yang dilemparkan ke arah saya, saya bisa gila dan saya pikir Anda juga akan begitu! Kuncinya adalah mengetahui kapan kita akan menangkap bola lain sehingga kita tak akan merasa jadi korban, menjadi benci, atau kewalahan.
Bahkan sesuatu yang sangat sederhana seperti menjawab telepon ketika kita terlalu sibuk untuk mengobrol adalah salah satu bentuk menangkap bola. Dengan menjawab telepon, kita secara sukarela mengambil bagian dalam interaksi yang menyita waktu, energi, atau pikiran, padahal kita sedang tidak memiliki ketiganya pada saat itu. Cukup dengan tak menjawab telepon berarti kita bertanggung jawab terhadap kedamaian pikiran kita sendiri. Ide yang sama juga dapat diterapkan pada penghinaan dan kritikan. Bila seseorang melemparkan suatu gagasan atau komentar pada kita, kita dapat menangkapnya dan menjadi sakit hati, atau kita dapat menjatuhkannya dan melanjutkan hari kita.
Gagasan “tidak menangkap bola” hanya karena itu dilemparkan kepada kita adalah alat yang ampuh untuk diperluas. Saya berharap Anda akan bereksperimen dengan gagasan yang satu ini. Anda akan mendapati bahwa Anda menangkap jauh lebih banyak bola daripada yang Anda duga. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)