Kisah Kyai Pamungkas:
KAKEKKU MENEMUKAN PUSAKA PRABU SILIWANGI
TUAH GAIB PUSAKA ITU MEMBUAT KAKEK MENJADI SEORANG YANG SANGAT KUAT DAN TANGGUH. DIABTAK HANYA KEBAL BACOK, BAHKAN BERONDONGAN BREN PUN SAMA SEKALI TIDAK BISA MELUKAI TUBUHNYA. …
KAMI sekeluarga berasal dari desa Majasari, Kecamatan Cibruk, Kab. Garut, Jawa Barat. Letak desa kami berada di sekitar kaki Gurun, Haruman. Pada waktu kakek menemukan pusaka yang lazim disebut besi kuning itu, bentuknya seperti sepotong pipa dengan panjang sekitar 25 cm dan garis tengah sekitar 2 cm, persisnya berlangsung awal tahun 40-an, atau di zaman Jepang. Memang sudah cukup lama berlalu. Tapi, kisah penemuan benda pusaka yang diyakini sebagai peninggalan Prabu Siliwangi ini kiranya cukup menarik untuk disimak. Apalagi terdapat berbagai keajaiban sehubungan dengan pusaka tersebut. Beriku kisah lengkapnya….:
Tanpa pernah terlintas sedikit pun dalam pikirannya, kakek menemukan besi kuning itu ketika sedang menggali tanah. Persisnya ketika dia hendak memeram (menyekap) pisang. Memang, di kampung kami, biasanya kalau hendak mematangkan buah pisang dilakukan dengan cara menguburnya dalam tanah, setelah lebih dulu buah itu dibungkus dengan daun pisang kering.
Ketika sedang membuat lubang, cangkul kakek menghantam logam yang memancarkan sinar keemasan. Kakek segera mengambil dan membersihkan benda itu dari balutan tanah. Benda itu ternyata sebilah besi kuning. Kakek yakin, kalau benda itu bukan barang sembarangan, tetapi sebuah pusaka bertuah.
Benar saja, sebab pada malam harinya, setelah menemukan besi kuning itu kakek bermimpi didatangi seseorang yang mengaku sebagai pemilik pusaka itu. Yang datang dalam mimpi itu tak lain adalah sosok yang menyebut dirinya sebagai Prabu Siliwangi., seorang raja sakti yang pernah hidup di tanah Pasundan. Kepada kakek, Eyang Prabu berpesan agar menjaga baik-baik pusaka itu. “Bawalah kemanapun pergi asal jangan dibawa kalau sedang buang hajat!” Demikian kira-kira pesan Prabu Siliwangi.
Tentu saja, kakek sangat gembira sekaligus takzim dengan mimpinya. Diam-diam, dia juga merasa bangga sebab bisa menyimpan sebuah pusaka milik seorang tokoh besar yang menjadi legenda bagi seluruh penduduk Tatar Pasundan. Namun di balik itu, kakek pun merasa was-was, sebab takut kalau salah merawatnya. Bukan tidak mungkin bisa menjadi senjata makan tuan.
Belakangan diketahui kalau tuah gaib ternyata memang sangat ampuh saja. kalau membawa beban sebanyak apapun tidak akan terasa berat. Sepuluh karung gabah mampu dipikul kakek hanya dengan sekali angkut dari sawah ke rumah yeng jaraknya lumayan jauh. Kayu bakar yang bertumpuk-tumpuk sanggup kakek pikul sekaligus dari hutan ke rumah. Karuan, karena hal ini banyak warga di kampung kami terheran-heran. Mereka bertanya-tanya, ilmu apa sebenarnya yang dimiliki oleh kakek sehingga tenaganya begitu kuat? Yang pasti, kakek tak pernah menceritakan penemuan pusaka milik Prabu Siliwangi itu kepada siapa pun, kecuali pada kami, anak-anaknya.
Di samping bertani, kakek juga adalah seorang pedagang keliling dari kampung ke kampung. Suatu hari di tengah panas terik, kakek numpang berteduh di sebuah rumah yang rupanya di situ sedang berlangsung hajatan atau pesta. Tapi tuan rumah atau orang yang sedang asyik makan minum itu tak menghiraukan kehadiran kakek. Mereka sama sekali tak ada basa-basi menawarkan atau mengajak kakek untuk ikut makan minum. Kakek seolah cuma seekor anjing kurap yang tak pantas diajak serta.
Melihat kenyataan tersebut, kakek pun segera beranjak dari tempat yang menyakitkan hati itu. Tentu saja tanpa pamit lebih dahulu. Namun belum jauh melangkah, seseorang berlari menyusul kakek.
“Bapak… Bapak… kembali! Mari ikut makan minum bersama kami. Maaf, kami telah bersikap tak pantas terhadap Bapak! Kata si pengejar dengan terburu-buru.
“Hai ada apa sampai kau repot-epot mengejarku dan menawarkan makan minum kepadaku? Bukankah tadi kalian begitu sombong terhadapku,” jawab kakek yang masih kesal hatinya.
“Maafkanlah kami, Pak. Tapi, cobalah Bapak lihat kesana. Ada kejadian aneh di tempat hajatan kami. Sekali lagi, cobalah Bapak lihat!” Pinta orang itu dengan setengah menghiba. Ternyata lelaki itu adalah tuan rumah yang tengah merayakan pesta sunatan anaknya.
Karena iba, kakek tak kuasa menolak ajakannya. Lelaki itu menarik-narik lengan kakek dengan terus menghiba penuh rasa bersalah.
Ketika sampai di tempat hajatan tadi, kakek terperanjat sebab tenda-tenda yang dipakai pada hajatan semua beterbangan dan saling beradu. Piring berterbangan dan saling bertabrakan dengan gelas, sendok beradu dengan garpu. Penggorengan juga beterbangan dan beradu dengan panci. Begitu juga makanan, pisang, kue, semua beterbangan lalu saling beradu di udara. Aneh, ada apa? Apa sebenarnya yang telah terjadi?
Yang lebih membuat kakek heran, semua keanehan itu berhenti begitu dia datang dan diperlakukan dengan layak oleh penyelenggara hajatan dan para undangan lainnya. Benda dan makanan yang semula beterbangan dan bertabrakan itu mendadak berhenti dan kembali pada posisi sebelumnya. Keanehan yang sungguh sulit dicerna dengan akal sehat.
Keadaan kembali normal. Kakek langsung berpikir, semua yang terjadi adalah akibat ulah dari tuah atau kehebatan pusaka besi kuning yang telah dibawa dalam saku celananya. Gaib sang pusaka rupanya marah, sebab tuannya diperlakukan secara tak layak dan disepelekan.
Semua orang tentu saja takzim melihat kakek yang telah menunjukkan fenomena aneh. Kemudian kakek dijamu dengan hangat. Karena lapar, Kakek dengan lahap menyantap yang dihidangkan.
Kakekpun bercerita bahwa suatu ketika, dia telah berbuat curang dalam pembagian air di sawah oleh penduduk desa tetangga. Kakek terlibat pertengkaran penuh emosi dengan beberapa orang dari kampung sebelah.
Akhirnya, kakek dikeroyok. Dengan menghunus golok masing-masing mereka menyerang. Tubuh kakek diserang bertubi-tubi oleh bacokan golok. Ajaib sekali! Tubuh kakek tak terluka walau segorespun. Seandainya manusia normal, sudah pasti akan roboh bersimbah darah dihujani bacokan macam itu.
Kemudian kakek balik menyerang dengan jurus pencak silat yang dikuasainya (kakek memang dikenal jagoan pencak silat). Para penyerang pun lari tunggang langgang. Beberapa di antaranya menderita luka dalam akibat pukulan dan tendangan kakek.
“Beberapa tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, Kartosuwiryo mendeklarasikan berdirinya Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Malangbong. Dari desa kami, Malangbong jaraknya hanya 10 km.
Gerombolan DI/TIl ini ternyata sangat brutal terhadap rakyat yang tak berdosa. Mereka menjarah harta benda, membakar rumah dan membunuh penduduk yang tak mengerti apa-apa. Banyak sanak saudara dan tetangga kami yang menjadi korban kebiadaban DI/TII.
Kakek pun tak luput dari aksi brutal mereka. Suatu malam, kakek diserang oleh pasukan Kartosuwiryo. Mereka membawa senjata api berupa pistol, sten, dan malahan ada yang menyandang senapan mesin bren lengkap dengan rentetan pelurunya. Nenekku menangis sambil menjerit-jerit menghadapi kebengisan mereka.
Kakek dihajar dengan menggunakan popor senapan. Mereka memaksa kakek lari ke gunung untuk bergabung menjadi tentara DI/Tll.Tentu saja kakek menolaknya. Sementara beberapa orang dari mereka sibuk menjarah harta benda berupa uang, perhiasan nenek dan hasil bumi.
Untunglah kakek masih sempat meraih besi kurung yang dia letakkan di bawah bantal tempat tidurnya, begitu dia mendapat firasat buruk bakal diserang gerombolan biabad itu.Waktu kakek diberondong dengan tembakan tak sebutir pelurupun yang dapat menembus tubuhnya. Tentu saja para begundal itu menjadi melongo sangat heran melihat kakek tak terusik sedikitpun oleh berondongan peluru tajam.
Sementara itu, nenekku berhasil menyelamatkan diri dengan keluar dan rumah lalu lari dalam kegelapan malam. Perhatian mereka tertuju pada kakek yang begitu sakti akibat pusaka yang terselip dipinggangnya Akhirnya mereka pergi setelah merasa tak sanggup melumpuhkan kakek.
Pada suatu siang, kakek mengayuh sepeda hendak menuju ke rumah temannya di desa lain. Di tengah jalan, kakek berhenti karena ingin buang air kecil Kakek menaruh besi kuning yang selalu dibawanya di atas sadel sepeda Selesai buang air kecil, kakek kembali mengendarai sepedanya tanpa lebih dahulu menyimpan kembali pusaka sakti itu. Tentu saja benda bertuah Itu terjatuh dan hilang selamanya.
Mungkin sudah takdir Perpisahan antara kakek dengan salah satu pusaka milik Prabu Silhwangi. Selama bertahun-tahun kemudian kakek dibebani perasaan menyesal sebab kecerobohannya itu dia telah kehilangan sebuah benda yang sangat berharga.
Setelah tidak memegang pusaka sakti Itu kakek diliput rasa cemas. Teror dari gerombolan Dl/Tll pasti akan datang lagi. Mereka akan mencari berbagai cara agar menang kakek menjadi anggota mereka.. Apalagi, di desa kami, kakek adalah masyarakat.
Kakek seorang pedagang sawah ladangnya Iuas. Dia juga pandai baca tulis, padahal pada Zaman Itu (tahun 40-an) mayoritas penduduk butu huruf dan miskin.
Pada zaman Jepang, kakek menjadi “kucho yang sekarang lazim disebut Ketua Rukun Tetangga. Jepanglah yang memperkenalkan sistem RT/RW dalam kemayarakatan kita yang sampai sekarang dipergunakan.
Untuk menghindari teror DI/TII, Kakek hijrah ke Jakarta. Dengan modal yang dibawa dari desa, kakek merintis usaha furniture. Jiwa dagang kakek memang hebat. Dia berhasil menjadi pengusaha furniture di daerah Senayan.
Pada awal tahun 50-an kakek sudah punya rumah gedung, sepeda motor Ducati dan sedan Impala. Kakek lalu menunaikan ibadah haji. Pada tahun 1993, di tanah kelahirannya di sekitar kaki Gunung Haruman, kabupaten Garut, kakek meninggal dunia dalam usia 90 tahun.
Demikianlah kisah sejati yang di alami oleh almarhum kakekku. Semoga kisah ini memberikan pelajaran bagi kita bersama.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: bomoh.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)